BEBERAPA waktu lalu, saya diminta untuk sharing di depan sebagian stake holder pendidikan di Purwakarta soal kemampuan dan kesempatan kerja anak-anak disabled di SLBN Purwakarta. Saya, kebetulan, pernah mendampingi dua anak tunarungu usia SMA mengembangkan kemampuan desain grafis mereka. Mereka adalah ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus.
Saya berkomunikasi dengan mereka (dua orang anak itu) melalui facebook. Thanks to Mark for creating this wonderful tool! Jika mendampingi anak-anak biasa, saya perlu 2 atau 3 hari, bersama mereka, saya menghabiskan waktu sekitar sepekan untuk mapping apa yang akan mereka kerjakan. Pekan berikutnya, mereka bisa berkarya selayaknya anak-anak biasa.
Karena tempat belajar Quran-nya dekat dengan SLBN di Jalan Beringin, istri saya menunggui saya di halaman sekolah. Menjelang Dhuhur, acara usai, saya keluar dari gedung dan saya mendapati wanita itu sedang menahan tangis.
“Kenapa?” tanya saya.
BACA JUGA: Anak Saya Anak Saya, Anak Kamu Anak Kamu
Istri saya tidak segera menjawab. “Lihatlah mereka, tempat ini,” ujarnya kemudian. “Jika kita ingin belajar tentang kehidupan, lihatlah tempat ini.”
Saat itu, murid-murid, guru-guru dan orangtua, bisa kami lihat. Itu salah satu momen yang tak mungkin saya lupakan seumur hidup saya, tampaknya.
Kita, saya dan Anda, atau siapapun, dapat menghargai orang-orang atau ABK yang memiliki disabilitas dengan mengagumi mereka.
Kenapa?
Mereka, anak-anak itu, para ABK itu, lebih kuat daripada Anda dan saya.
Saat Anda membaca ini, saya ingin Anda membayangkan diri sendiri tanpa kaki atau tangan. Tutup mata Anda dan berjalan di sekitar ruangan.
Seberapa mudahkah itu untuk Anda? Bagaimana kalau meletakkan tangan Anda di atas telinga dan berpura-pura tidak dapat mendengar apa pun. Bagaimana duduk selamanya di kursi roda, hanya bisa berbicara dengan mendengus?
Bayangkan lengan Anda terpelintir sehingga tangan Anda terlihat seperti cakar?
Mereka, anak-anak ini, insyaAllah bisa berkontribusi pada masyarakat, dengan bentuknya sendiri. Mereka menolak membiarkan kecacatannya menghalangi-halangi mereka menjadi yang terbaik. Di mana anak-anak ini menemukan kekuatan mereka?
BACA JUGA: Pep dan Zlatan Ibrahimovic
Tubuh anak-anak itu mungkin memiliki cacat, tetapi otak dan jantung mereka baik-baik saja. Menjadi cacat tidak membuat mereka tidak mencintai orang lain dan mempraktikkan kebaikan kepada orang lain.
Tersenyumlah dan hargai mereka Anda lihat, mereka mungkin lebih kuat dan lebih bijaksana daripada kebanyakan kita.
Ada banyak pelajaran yang kami berdua dapatkan dari mereka hari itu. MasyaAllah. MasyaAllah. []