KETIKA Abu Bakar Ash-Shiddiq memegang jabatan khalifah, ia bercerita: “Pada suatu hari, saat aku Tengah berkeliling di kota Madinah, aku melihat ada sebuah gubuk. Lalu aku minta izin untuk masuk. Dan aku mendengar ada suara lemah yang mengizinkanku untuk masuk.
“Setelah aku masuk ke gubuk tersebut, aku menyaksikan seorang wanita tua yang tidak mampu lagi bergerak dan tidak memiliki makan dan minum. Melihat keadaannya tersebut hatiku terasa diiris-iris karena sedih hingga aku menangis,” ujar Abu Bakar Ash-Shiddiq.
“Aku bertanya kepadanya, ‘Siapa yang mengurus Anda?’
BACA JUGA:Â Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Sahabat dan Mertua Rasulullah ï·º
Wanita tua itu menjawab, ‘Setelah anakku mati syahid karena berjihad dijalan Allah aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Allah, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Allah yang Mahahidup dan tak akan mati. Sejak hari kematiannya, tak ada seorang pun yang dat menjengukku, sampai Anda menjenguk hari ini.’
‘Wahai ibu, kalau begitu, Anda makan apa?’ tanyaku.
Wanita tua itu menjawab, ‘Sebelum meninggal, anakku pernah meninggalkan beberapa kurma dan sekendi air untukku. Maka setiap hari aku makan dua atau tiga buah kurma dan aku minum dua tetes air, sampai habis simpanan kurma dan air tersebut.'”
BACA JUGA:Â Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Makanan yang Tak Pernah Habis
Abu Bakar Ash-Shiddiq menangis setelah mendengar kata-kata wanita itu. Ia segera berdiri untuk melaksanakan shalat dan meminta ampun kepada Allah.
Dan setiap hari, ia selalu datang menjenguknya, lebih dari satu kali dalam satu harinya, untuk memberikan makanan dan minuman kepadanya. Dan dia harus melayaninya, seakan dia adalah budak wanita tua itu. []
Referensi: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur/Najwa Husein Abdul Aziz/Gema Insani Press/2006