MUSLIM, siapa tak kenal Abu Hanifah? Beliau adalah salah satu imam 4 mazhab yang terkenal. Tahukah, apa yang memotivasi Abu Hanifah menuntut ilmu hingga menjadi ulama terkemuka dalam Islam?
Dijelaskan Prof Abul Yazid Abu Zaid al-‘Ajami dalam Akidah Islam Menurut Empat Madzhab, terdapat sebuah kisah yang menggambarkan betapa besar keinginan Abu Hanifah untuk menuntut ilmu dan berguru.
BACA JUGA: Fakta Imam Abu Hanifah; Menuntut Ilmu kepada 4.000 Guru
Abu Hanifah berasal dari bangsa Persia. Memasuki abad kedua Hijriyah, Kufah yang berada di kawasan Persia, menjadi tempat berkumpulnya kaum Muslimin terpelajar. Dari berbagai daerah di Mesopotamia, mereka berdatangan ke kota tersebut untuk menuntut ilmu-ilmu agama.
Ada cukup banyak ulama setempat yang memiliki reputasi besar. Salah satunya adalah Abu Hanifah.
Ia bernama lengkap Nu’man bin Tsabit bin Zauti bin Marzuban. Mengikuti jejak ayahnya, ia sempat berprofesi sebagai saudagar kain.
Abu Hanifah menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di Kufah. Sejak kecil, dirinya sudah dibekali pengetahuan tentang ilmu berdagang oleh orang tuanya. Akan tetapi, hatinya selalu terpaut pada masjid dan majelis ilmu.
BACA JUGA: Imam Abu Hanifah, Tekun belajar Ilmu Sepanjang Hayat
Kecerdasannya kemudian menarik perhatian seorang ulama dari kalangan tabiin, Amir bin Syurahbil Asy Sya’bi.
Suatu hari, Asy Sya’bi berpapasan dengan Abu Hanifah muda. Kepada pemuda itu, ulama tersebut bertanya, “Kau mau ke mana?”
“Aku mau ke pasar seperti biasa,” jawab Abu Hanifah.
“Bukan itu maksudku, kata Asy Sya’bi menimpali, “Aku ingin tahu, ulama mana lagi yang akan kau datangi?”
“Aku jarang menemui ulama beberapa hari terakhir. Mungkin karena kesibukanku di pasar.”
“Sebaiknya jangan lalai. Kau harus terus belajar ilmu-ilmu agama dan dekat dengan alim ulama. Sebab, aku melihat bahwa kau pemuda yang cerdas dan aktif,” ujar Asy Sya’bi.
Nasihat ulama tersebut sangat membekas dalam benak Abu Hanifah. Ia pun tidak lagi menghabiskan hari-harinya di pasar. Ia memilih kesibukan baru yang lebih disukainya, yakni menuntut ilmu-ilmu agama.
BACA JUGA: Abu Hanifah Kecil Mengalahkan Ulama
Keputusan itu memang tidak sampai membuatnya berhenti total dari dunia usaha. Namun, sejak saat itu perdagangan yang dijalankannya hanya menyita sebagian kecil dari waktunya.
Berbekal semangat belajar yang tinggi, Abu Hanifah remaja menerima pendidikan keislaman dengan sangat baik. Sebelum berusia akil baligh, ia telah menghafalkan seluruh Alquran.
Ilmu membaca Alquran dipelajarinya dari Imam Ashim, salah satu dari tujuh ulama peletak dasar qirah sab’ah. Di samping itu, ia pun memiliki banyak guru lainnya.
Mereka antara lain adalah Atho’ bin Abi Rabbah, Asy Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj Al A’raj, Amru bin Dinar, dan Thalhah bin Nafi’. Selanjutnya, ada Nafi’ Maula bin Umar, Qatadah bin Di’amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Abu Ja’far Al Baqir, Ibnu Syihab Az Zuhri, dan Muhammad bin Munkandar.
Dalam menjalani rihlah intelektual, Abu Hanifah disebut-sebut belajar pada 4.000 orang guru. Jumlah sebanyak itu wajar kiranya. Sebab, sejak usia belasan tahun dirinya sudah rajin berkelana dari satu kota ke kota lain untuk menimba ilmu-ilmu agama, khususnya setelah putra daerah Kufah ini meninggalkan kesibukan berdagang. []