KEIMANANNYA yang kuat, kesabaran, keiklasan batinnya dan kejujurannya serta amanah-amanah yang dipikulkan kepadanya membuatnya senantiasa menjadi orang kepercayaan para khalifah begitu juga dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana yang dikisahkan oleh Muhammad ibn Ja’far: Beberapa utusan dari golongan Nasrani menjumpai Rasulullah seraya berkata, “Wahai Abu Qasim, utuslah seorang dari sahabat Anda agar menjadi penengah kami dalam berbagai masalah harta benda yang kami persengketakan. Sesungguhnya kaum Muslimin mendapatkan kepercayaan dari kami.”
BACA JUGA: Rasulullah dan Seorang Budak Nasrani
Rasulullah menjawab, “Datanglah kembali nanti petang. Aku akan mengutus seorang yang paling jujur dan kuat jiwanya.”
Berkata Umar ibn Khaththab, “Setelah mendengar janji Rasulullah kepada orang-orang Nasrani itu, aku segera pergi ke masjid untuk shalat Zhuhur lebih awal. Sesungguhnya aku sama sekali tak menginginkan jabatan itu kalau tidak karena ingin terpilih sebagai orang yang dianggap jujur dan teguh jiwanya oleh Rasulullah. Setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam usai mengimami shalat Zhuhur, beliau menengok ke kanan dan ke kiri. Aku berusaha menonjolkan diri agar beliau melihatku. Namun pandangan beliau terus berputar sampai akhirnya berhenti pada Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Beliau memanggilnya lalu berkata, “Pergilah engkau bersama mereka ini (utusan Nasrani), tengahilah perselisihan mereka.”
Abu Ubaidah memang tidak hanya seorang yang jujur, melainkan juga kuat. Itu sudah terbukti dalam banyak peristiwa. Pernah Rasulullah mengutus sekelompok sahabatnya untuk mengadakan pengintaian terhadap kafilah Quraisy dengan Abu Ubaidah sebagai pemimpinnya. Bekal yang mereka bawa cuma sekantong kurma, tak lebih dari itu. Abu Ubaidah kemudian membaginya kepada anggota kelompoknya tiap orang satu. Mereka menghisap-hisap kurma bagiannya bagai seorang bayi menghisap susu ibunya, kemudian meminum air biasa. Dengan demikian itu mereka bisa bertahan sehari semalam.
Dalam Perang Uhud, kaum Muslimin untuk pertama kalinya mengalami kekalahan dari kaum musyrikin. Kaum musyrikin berteriak-teriak, “Tunjukkan padaku di mana Muhammad berada! Tunjukkan padaku di mana Muhammad!”
Abu Ubaidah adalah satu dari sepuluh orang yang membentengi Rasulullah dari anak-anak panah musuh. Dalam perang ini Rasulullah terkena anak panah di gigi depannya, dahi beliau terluka, dan pipi beliau tertancap ujung besi dari topi bajanya. Abu Bakar ash-Shiddiq hendak mencabutnya, tetapi Abu Ubaidah memohon agar dia saja yang melakukannya. Khawatir menyakitkan Rasulullah bila besi itu dicabut dengan tangan, Abu Ubaidah menggunakan giginya. Ditariknya besi itu dengan hati-hati sekali. Bersamaan dengan tercabutnya benda tersebut dari pipi Rasulullah, gigi depan Abu Ubaidah tanggal satu. Selanjutnya dia menggigit besi yang kedua, dan giginya pun tanggal satu lagi. Abu Bakar berkomentar, “Abu Ubaidah menjadi manusia yang lebih baik dengan tanggalnya dua gigi depannya, atas dan bawah.”
BACA JUGA: Sudah 14 Tahun, Pria Nasrani Ini Bangunkan Muslim untuk Sahur
Abu Ubaidah mengikuti semua peperangan Rasulullah sejak mula pertama bersahabat dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam hingga wafatnya beliau. Dalam peristiwa Saqifah Bani Sa’idah, pada hari kaum Muslimin berbaiat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Sebelumnya, Umar ibn Khaththab berkata Abu Ubaidah, “Ulurkan tangan kanan Anda, aku akan membaiat Anda. Sebab aku pernah mendengar Rasulullah bersabda,’Sesungguhnya bagi setiap umat ada orang kepercayaannya, dan Anda adalah orang kepercayaan dari umat Jawab Abu Ubaidah, “Sekali-kali aku tidak akan mendahului seseorang yang telah diperintah Rasulullah untuk menjadi imam dalam shalat. Abu Bakar adalah imam kita dalam shalat hingga Rasulullah wafat.”
Akhirnya Abu Bakar ash-Shiddiq-lah yang dibaiat menjadi khalifah pertama, dan Abu Ubaidah adalah sebaik-baik penasihat dalam kebenaran dan teman dalam kebajikan bagi khalifah. []
Sumber: Sosok Para Sahabat nabi/ Dr. Abdurrahman Raf’at al-Basya/ Qisthi Press/ 2015