BERBAGAI masjid modern, baik masjid di kampus-kampus di Tanah Air maupun masjid di kota-kota besar dan di luar negeri merupakan hasil karya rancangan seorang pria asli Sunda ini. Bahkan saking banyaknya masjid yang dirancangnya, pria kelahiran Garut, Jawa Barat ini pun memeroleh predikat sebagai “Arsitek Seribu Masjid” dari berbagai kalangan.
Dialah Achmad Noe’man (AN), lahir pada 10 Oktober 1925 dan meninggal di Bandung, Jawa Barat, 4 April 2016. Beliau putra dari Muhammad Jamhari, seorang ulama dan pendiri organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah di Garut, Jawa Barat. Sewaktu kecil, AN acap diajak ikut dan mendampingi ayahnya, termasuk dalam merancang pembangunan madrasah dan masjid. Sejak itulah, beliau mulai tertarik pada bidang arsitektur.
BACA JUGA: Shalat di Masjid yang Dekat atau Jauh?
Sesudah lulus dan menyabet gelar insinyur dari Jurusan Arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1958, AN memilih menjadi Dosen ITB daripada dikirim ke luar negeri untuk mengikuti Program Pendidikan Magister di Kentucky, Amerika Serikat.
Selain mengajar, AN pun mulai produktif merancang masjid. Berkat anugerah spiritualitas dan intelektualitas dari Allah Ta’ala, dia berhasil merancang banyak masjid. Di dalam negeri, beberapa masjid yang dirancang AN ialah Masjid Salman ITB, Masjid Al-Furqon IKIP Bandung, Masjid Al-Ghifari IPB, Masjid Asy-Syifa Fakultas Kedokteran UNPAD, Masjid At-Tin TMII, Masjid Raya Bandung, Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Islamic Center Jakarta, Masjid Agung Al-Akbar Surabaya, Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar, dan Masjid Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Bahkan karena keahliannya yang luar biasa, AN pun memperoleh kepercayaan untuk merancang beberapa masjid dan bangunan bernafaskan Islam di luar negeri. Antara lain, beliau diberi kepercayaan untuk mengarsiteki pembangunan Masjid Syekh Yusuf di Cape Town Afrika Selatan, Masjid Muhammad Suharto di Sarajevo Bosnia, dan bahkan turut merancang Mimbar Masjid Al-Aqsha Palestina.
Selain dikenal di kalangan arsitek sebagai muslim yang taat, AN pun dikenal dengan ciri khas arsitektur masjidnya yang tanpa kubah, terutama tanpa tiang penyangga di dalam ruangan masjid yang acap menghalangi barisan (shaf) saat shalat berjamaah.
BACA JUGA: Ironis, Masjid Sepi dengan Anak Muda
Bagi AN, bergulat dalam dunia arsitektur bukan hanya pekerjaan dan pengembangan karier, namun juga – terutama – ibadah. Artinya aktivitasnya ini berorientasi keilahian. “Ada nilai-nilai yang cocok untuk beramal saleh, dan dengan pensil dan kertas saya bisa berdakwah,” tegasnya. Dalam membangun masjid, AN berpegang teguh pada dua ayat Al-Qur’an, yakni Q.S. Al-Baqarah ayat 17 dan QS. Al-Isra ayat 27.
Adapun peninggalan lain AN selain masjid-masjid modern, yakni logo dan atribut Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), hal itu bukan hanya karena diajak seniman lukis gaya abstrak Achmad Sadali alias kakak kandungnya, tetapi juga karena kakak-beradik beda satu tahun ini sama-sama pentolan HMI Cabang Bandung. []
SUMBER: GANA ISLAMIKA