IMAM Ibnu Hajar al-Asqalani pernah menulis pernyataan Sayyidina Utsman bin Affan dalam kitab Munabbihât ‘alâs –ti‘dâddi li yaumil Mî‘âd tentang sepuluh hal yang paling sia-sia.
1 Al-Qur’an yang tidak dibaca
Kitab suci sekadar menjadi kitab yang disucikan, bukan sekaligus dibaca lalu diamalkan. Padahal, membaca Al-Qur’an meski si pembaca tidak mengerti artinya bernilai pahala. Apalagi bila ia mau belajar kandungan makna di dalamnya untuk kemudian mengejawantahkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan dengan hubungan kepada Allah maupun sesama makhluk.
BACA JUGA: Tiga Keutamaan Utsman bin Affan
2 Harta yang tidak diinfakkan
Sayyidina Utsman secara tersirat hendak mengingatkan bahwa harta yang digunakan untuk keperluan sehari-hari lantas lepas dari status sia-sia. Sebab, harta juga mesti diinfakkan. Ketika tanggung jawab yang kedua ini hilang, maka hilang pula nilai kemanfaatan dari harta tersebut. Itulah alasan mengapa Islam mewajibkan zakat dan menekankan keutamaan bersedekah. Infak dari sebuah kekayaan sekecil apa pun jumlahnya bernilai berkah dan menyucikan harta secara keseluruhan.
3 Kendaraan yang tidak ditunggangi
Kendaraan adalah alat untuk menuju tujuan tertentu. Karena ia adalah wasilah (perantara). Di zaman serbacanggih ini wujud wasilah begitu banyak, mulai dari alat transportasi, media sosial, alat komunikasi, dan lain-lain. Tingkat kemudahannya mungkin ratusan kali lipat dari “kendaraan” yang ada pada era Nabi. Namun, apakah wasilah-wasilah di zaman sekarang lebih bermanfaat daripada zaman itu? Ini menjadi bahan renungan kita bersama.
4 Ilmu zuhud di hati orang yang cinta dunia
Artinya, sia-sia seseorang berlajar ilmu tentang zuhud tapi hatinya belum bisa lepas dari cinta dunia. Sebab zuhud bukan semata berurusan dengan pengetahuan, melainkan tentang olah batin untuk mendudukkan segala hal selain Allah dalam posisi yang tidak prioritas.
BACA JUGA:Ketika Utsman bin Affan Disiksa Pamannya
5 Umur panjang yang tak dimanfaatkan untuk mencari bekal (ke akhirat)
Ini namanya penyia-nyiaan kesempatan. Peluang hidup di dunia hanya sekali, dan umur yang telah dilewati juga tak akan pernah kembali. Begitu usia kita habis hanya untuk perkara duniawi dan urusan diri sendiri, sia-sialah kita usia kita. Apalagi dalam Al-Qur’an kita sudah dingatkan bahwa kehidupan di akhirat adalah lebih utama ketimbang kehidupan di dunia. Wallahu a’lam bish shawab. Semoga khatib pribadi dan jamaah sekalian diberikan kesanggupan untuk menjaga segala karunia yang Allah berikan agar bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan. []
SUMBER: ISLAM NU