Oleh: Iman Munandar,
Guru di YPI Bani Ibrahim al-Islamiyyah, Penulis di Warta Nusantara.
SUDAH diketahui secara umum jika ibu itu madrasah (sekolah) pertama bagi anak-anaknya. Bahkan dalam buku berjudul Mencari Pahlawan Indonesia karya M. Anis Matta, ia menuliskan ‘dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang perempuan yang agung.’ Ia bisa sebagai ibu atau istrinya.
Lalu bagaimana dengan peran ayah? Apakah ayah itu hanya sebatas untuk menafkahi istri dan anak-anaknya? Marilah kita menghayati kisah Lukman yang memberikan pelajaran yang bermakna kepada anaknya. Kisah tersebut diabadikan dalam al-Qur’an surat Lukman. Ini menggambarkan bahwasanya ayah memiliki peran sebagai pelengkap madrasah bagi anak-anaknya.
Marilah kita simak kisah salah satu penulis kitab tafsir Jalalain yang terkenal dan sampai sekarang kitabnya masih menjadi rujukan bagi para santri. Ia lebih dikenal dengan sebutan Imam Jalaluddin Ash-Shuyuthi.
Imam Jalaludin ash-Shuyuthi dilahirkan pada hari ahad, bulan Rajab 849 Hijriyah di daerah al-Ashyurh (as-suyuth) Kairo, Mesir. Sejak kecil imam ash-Shuyuthi selalu diajak oleh ayahnya untuk menghadiri majelis ilmu ulama besar, seperti Syaikh Muhammad al-Majdzub dan al-Hafidzh Ibnu Hajar al-‘asqalani.
Walaupun kecerdasannya di atas rata-rata, ia tekun mempelajari ilmu hingga akhirnya mendapatkan ijazah dari penulis kitab Fathul Bari. Ia seorang ulama besar pada masa daulah Mamalik di Mesir. Selain rajin beribadah dan mengajar, ia mengarang kitab sampai 500 lebih karyanya dalam berbagai bidang, diantaranya kitab Tafsir Jalalain yang terkenal.
Begitu juga dengan kepahlawanan imam Hasan al-Banna sebagai pendiri gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin yang fenomenal, tidak terlepas dari peran ayahnya. Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada anaknya (Hasan al-Banna), sang ayah selalu mendorong anak-anaknya termasuk Hasan al-Banna untuk membaca kitab-kitab di perpustakaannya.
Ada waktu untuk ayah dalam melejitkan potensi anak , meskipun sedikit waktu. Tidak perlu mesti menjadi hafidzh terlebih dahulu agar anak menjadi seorang hafidz. Yang perlu dilakukan oleh ayah adalah selalu memberikan keteladanan berupa semangat, kecintaaan dan dorongan bagi anaknya menuju kebaikan.
Parenting is a journey, not travelling. Parenting adalah perjalanan panjang, bukan jalan-jalan, begitu kata ustadz Fauzil Adhim. Dalam perjalanan panjang itu, seorang anak pastinya membutuhkan peran ayah.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah selalu ada peran ayah bagi pahlawan besar. Maka peran ayah dalam memberikan keteladanan berupa semangat, kecintaan, dan dorongan bagi anaknya penting juga. Jadikanlah anak itu sebagai pahlawan kebaikan untuk dirinya, keluarganya, agamanya, dan bangsanya. []
Selesai di kaki gunung Gede Pangrango