JIKA kita mengaku Islam, maka kita harus taat kepada semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Jika kita mengaku Iman, maka hendaklah kita selalu berbuat kebaikan dan menghindari kemaksiatan karena kita percaya itu telah Allah SWT sampaikan dalam firman-Nya.
Sesungguhnya perbuatan maksiat itu memang nikmat dan melenakan di dunia. Tetapi, akan menyebabkan siksa kepada kita di akhirat kelak.
BACA JUGA: 3 Nasihat Nabi yang Dilakukan saat Pandemi
Kebaikan itu tidak harus berupa sesuatu yang mewah dan sesuatu yang nampak, dengan saling menasihati sesama muslim pun, itu sudah menjadi kebaikan yang akan menambah pahala bagi kita. Namun, haruslah nasihat itu disampaikan dengan cara yang baik dan sesuai dengan aturan dan tuntunan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa memberi nasihat saudaranya saat di muka saudara lainnya, berarti ia telah memalukannya. Siapa memberi nasihat saudaranya tatkala mereka sendirian, maka benar-benar ia telah memperbaikinya,”(Abu Darda).
Dalam tata cara memberikan nasihat ada aturannya, ada tuntunannya. Allah SWT melalui lisan Rasul-Nya telah memberikan guidance bagaimana menasehati orang lain dengan cara yang benar. Dalam surah an-Nahl ayat 125 dikatakan bahwa memberikan nasihat harus dengan cara yang hikmah, penuh pelajaran dan kalaupun berdebat harus dengan argumen yang baik.
Bil hikmah artinya penuh dengan kebijaksanaan. Termasuk yang kurang bijaksana adalah memberikan nasihat kepada saudaranya di muka umum sehingga yang bersangkutan merasa malu. Orang yang bijaksana akan memanggil atau menjumpai saudaranya yang bersalah di tempat yang sepi, khusus mereka berdua. Dengan penuh permohonan maaf agar tidak menyinggung ia memberikan nasihat bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah salah dan sebaiknya tidak diulangi kembali. Orang yang bijaksana akan mengerti bagaimana ia bicara dan kepada siapa ia bicara. Bagaiamana menasehati orang yang lebih tinggi kedudukannya, orang yang selevel dengannya dan orang yang di bawahnya, semuanya memerlukan pendekatan yang berbeda. Juga orang yang mudah tersinggung berbeda dengan orang yang terbuka.
Cara menasehati yang salah justru bisa jadi akan membalikkan kondisi. Di mana orang yang salah tersebut mestinya bisa diperbaiki tapi malah menjadi apriori, alergi terhadap nasihat. Ada ungkapan bijaksana mengatakan, “Kata-kata yang bijak sering tidak didengar, tetapi kata-kata yang lembut akan selalu diingat.” Artinya, ini menyangkut cara.
BACA JUGA: Nasihat Indah Imam Syafi’i tentang Ilmu
Yang terpenting adalah keikhlasan kita dalam memberikan nasihat. Kita benar-benar ingin agar saudara kita berhenti dalam melakukan kesalahan. Adalah salah berat jika kita memberikan nasihat tapi ingin supaya kelihatan hebat atau alim. Kita ingin riya’ atau sombong. Dengan memberikan memberikan nasihat tersebut orang akan kagum. Atau kita sebenarnya bukan ingin memberikan nasihat, tapi justru ingin mempermalukan dia di muka umum.
Kalau hal-hal seperti itu dicari, sudah pasti nasihat tidak akan masuk ke dalam hati saudara yang kita nasehati. Semua niat jelek tersebut membuat nasehat tersebut akan mental dari orang yang dinasehati. Bahkan tidak sekadar itu, maksud jelek kita-apakah riya’, sombong, atau ingin mempermalukan, akan terbongkar di muka umum. Semoga kita tidak termasuk orang seperti itu. []
Sumber: Hikmah dari Langit/Ust. Yusuf Mansur & Budi Handrianto/Penerbit: Pena Pundi Aksara/2007