SWISS–Referendum tentang cadar di Swiss akan digelar pada 7 Maret 2021. Bermula dari kampanye Partai Rakyat Swiss (SVP) sayap kanan yang menyerukan untuk melarang penutup wajah dikenakan di tempat umum. Jajak pendapat menunjukkan sebagian besar warga Swiss mendukung pelarangan cadar yang dikenakan beberapa Muslimah.
“Di Swiss tradisi kami adalah menunjukkan wajah Anda. Itu adalah tanda kebebasan dasar kami,” kata anggota Parlemen SVP sekaligus Ketua Komite Referendum, Walter Wobmann.
BACA JUGA: Ratusan Massa Protes Undang-Undang Larangan Cadar di Denmark
Wobmann menyebut pemungutan suara itu tidak menentang Islam. Menurut dia, penutup wajah adalah simbol dari Islam politik yang ekstrem dan semakin menonjol di Eropa. Fenomena ini tidak memiliki tempat di Swiss.
Lantas, bagaimana reaksi muslim di negara tersebut?
Dilansir dari Daily Sabah, Kamis (4/3/2021), Muslim Swiss mengatakan bahwa partai-partai sayap kanan menggunakan pemungutan suara untuk mengumpulkan pendukung menjelekkan Muslim. Bagi mereka, tindakan ini dapat memicu perpecahan yang lebih luas.
Salah seorang Muslimah Swiss, Rifa’at Lenzin (67 tahun), mengatakan, dia sangat menentang larangan niqab. Tindakan tersebut tidak menangani masalah yang tidak ada. Lenzin menyebut Muslim di Swiss telah hidup dengan baik.
“Mengubah konstitusi untuk memberi tahu orang apa yang mereka bisa dan tidak bisa pakai adalah ide yang sangat buruk. Ini Swiss, bukan Arab Saudi,” kata Lenzin.
BACA JUGA: Swiss Menentang Inisiatif Pelarangan Burka
“Kami Muslim, tapi kami warga Swiss yang tumbuh di sini. Pemungutan suara ini rasialis dan Islamofobia,” imbuhnya.
Sebelum Swiss, Prancis telah melarang penggunaan kerudung seluruh wajah di depan umum pada 2011. Denmark, Austria, Belanda, dan Bulgaria juga memiliki larangan penuh atau sebagian untuk mengenakan penutup wajah di depan umum.
Muslim sendiri membentuk 5,2 persen dari populasi Swiss yang berjumlah 8,6 juta orang. Sebagian besar muslim Swiss berasal dari Turki, Bosnia, dan Kosovo. []
SUMBER: DAILY SABAH