DALAM perjalanan pulang ke Mekah setelah gagal berdakwah di Thaif, Nabi SAW dan Zaid bin Haritsah berlindung di kebun milik Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabiah, dua tokoh kafir Quraisy Makkah. Keadaan Nabi SAW dan Zaid sangat memprihatinkan, lelah dan luka-luka karena diikuti dan diserang terus dengan batu oleh sebagian penduduk Thaif.
Karena merasa kasihan, dua tokoh Quraisy itu menyuruh budaknya yang beragama Nashrani, Addas untuk memberikan setandan anggur kepada Nabi SAW dan Zaid. Beliau menerimanya, dan membaca Bismillah sebelum memakannya. Mendengar itu, Addas berkata, “Kata-kata itu tidak pernah diucapkan penduduk negeri ini.”
BACA JUGA: Awali Hari Dengan Bismillah
Kemudian Nabi bertanya tentang asal dan agama Addas. Dia menjawab kalau beragama Nashrani dan berasal dari Negeri Ninawa (Nineveh). Mendengar penjelasan tersebut, Nabi SAW berkata, “Negerinya orang shalih bernama Yunus bin Matta.”
Addas jadi heran, dan menanyakan tentang nama Yunus bin Matta yang memang terkenal di negerinya itu, walaupun orangnya sudah lama meninggal. Nabi SAW bersabda, “Beliau adalah saudaraku, beliau seorang Nabi, begitu juga aku seorang nabi!”
Addas merengkuh kepala Nabi, mencium tangan beliau. Sebuah sikap dan pengakuan akan kebenaran kenabian Rasullullah SAW. Nabi SAW menjelaskan secara ringkas risalah Islam yang beliau bawa, dan seketika itu Addas menyatakan memeluk Islam.
BACA JUGA: Membaca Bismillah Setan Mengecil? Ini Penjelasan Ustaz Abdul Somad
Ketika Addas kembali kepada tuannya, dan mereka melihat apa yang dilakukan Addas terhadap Nabi SAW, mereka mencela sikapnya memeluk Islam itu. Mereka berdua mengatakan kalau agama Nashrani yang dipeluknya itu masih lebih baik. Tetapi dengan tegas Addas menjawab, “Wahai tuan, di dunia ini tidak ada sesuatupun yang lebih baik daripada orang itu. Dia telah mengabariku sesuatu yang tidak diketahui seseorang, kecuali oleh seorang nabi.”
Nabi SAW jadi sedikit terhibur, perjalanan panjang berdua dengan Zaid bin Haritsah, berjalan kaki ke Thaif sejauh 90 km, menginap selama sepuluh hari, tetapi tidak seorang menyambut ajakan dan dakwah beliau. Tetapi justru dari “markas” tokoh Quraisy yang gencar memusuhi Islam, Allah membuka hati seseorang untuk memeluk Islam, walau tidak secara khusus beliau mendakwahinya. Memang, hanya hak Allah semata untuk memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. []
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar