CINA–Muslim Xinjiang di Cina dikabarkan telah mengalami tindakan diskriminasi. Baru-baru ini seorang peneliti kebijakan etnis Cina, Adrian Zenz mengatakan, sekitar 1,5 juta warga Uighur, dan Muslim lainnya ditahan di kamp Xinjiang, Rabu (13/3/2019).
Sebelumnya jumlah warga yang ditahan diperkirakan adalah satu juta muslim. Mereka berada di kamp detensi yang Cina sebut sebagai pusat pendidikan.
BACA JUGA: Tolak Makan Daging Babi, 450 Mahasiswa Muslim Xinjiang Dikurung di Ruangan Pembeku
Peneliti independen asal Jerman itu mengungkapkan, perkiraan barunya didasarkan pada gambar satelit. Selain itu, berdasar pada laporan saksi tentang fasilitas yang penuh sesak dan anggota keluarga yang hilang.
“Meskipun spekulatif, tampaknya tepat untuk memperkirakan bahwa hingga 1,5 juta etnis minoritas,” kata Zenz pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh misi AS di Jenewa.
Zenz mengatakan, upaya Cina saat ini merupakan kampanye sistematis genosida karena menghapus identitas etnis dan agama yang berbeda di Xinjiang.
Departemen Luar Negeri AS mengkritik tajam pelanggaran HAM di Cina. Mereka mengatakan jenis pelanggaran terhadap minoritas Muslim merupakan yang terburuk sejak 1930-an.
Seorang warga Kazakh Uighur, Omir Bekali mengatakan pada acara tersebut, ia telah disiksa oleh polisi Xinjiang kemudian ditahan di kamp selama enam bulan di sebuah ruangan kecil dengan 40 orang.
“Kami harus memuji Partai Komunis, menyanyikan lagu tentang (pemimpin Cina) Xi Jinping dan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah. Kami tidak punya hak untuk berbicara,” kata Omar Bekali.
Pada acara di Jenewa, duta besar AS, Kelley Currie, dari kantor peradilan pidana global Departemen Luar Negeri, ditanyai tentang menjatuhkan sanksi pada Cina.
BACA JUGA: PBB: Cina ‘Sekap’ Lebih dari 1 Juta Muslim Uighur di Xinjiang
“Kami selalu melihat semua mekanisme dan alat yang kami miliki untuk mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat dan serius, serta memastikan bahwa mereka tidak mendapat manfaat dari peluang untuk melakukan perjalanan ke AS,” kata Currie.
“Kami tidak memberi mereka akses ke sistem keuangan AS,” ujarnya kepada wartawan, tanpa memberikan pernyataan lebih lanjut.
Rezim Cina menghadapi kecaman internasional, karena tempat yang mereka sebut sebagai pusat pelatihan kejuruan di Xinjiang merupakan rumah bagi jutaan etnis minoritas Muslim. Beijing menyatakan, langkah-langkah itu diperlukan untuk membendung ancaman ekstremisme. []
SUMBER: ROL | REUTERS