TAHUKAH kamu apa perbedaan antara adzan dan iqamah? Perlu kita tahu bahwa adzan merupakan syiar Islam untuk memanggil umat Islam guna melaksanakan shalat wajib yang lima waktu. Adzan dan iqamah dikumandangkan sedikitnya lima kali dalam sehari semalam, ketika datangnya waktu untuk melaksanakan shalat fardhu.
Adzan dan iqamah adalah tanda datangnya waktu untuk mendirikan shalat bagi masyarakat sekitar, dan umat Islam khususnya.
Sementara itu, iqamah pada dasarnya sama saja dengan adzan, meski terdapat beberapa perbedaan antara keduanya. Ulama mazhab Imam Syafii menjelaskan mengenai sejumlah perbedaan adzan dan iqamah.
BACA JUGA: Menyetel Murottal Sebelum Adzan
Adzan dan Iqamah, Apa Perbedaannya?
Imam Syafii dalam Fikih Manhaji yang dikutip dari Republika, menjelaskan bahwa terdapat perbedaan di antara adzan dengan iqamah yang dapat dirasakan dengan jelas. Lafal adzan dibacakan dua-dua, sedangkan lafal iqamah hanya dibaca satu-satu. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anu yaitu sebagai berikut:
أُمِرَ بِلاَلٌ أَنْ يَشْفَعَ، الأَذَانَ، وَأَنْ يُوتِرَ الإِقَامَةَ.
“Bilal diminta untuk menggenapkan adzan dan megganjilkan iqamah, kecuali lafal iqamah itu sendiri, yakni ‘qad qaamati as-sholat’ (sholat akan segera didirikan), yang dilafalkan dua kali.”
Selanjutnya adzan dilantunkan agak lambat, sedangkan iqamah dilantunkan dengan agak cepat. Ini karena adzan dikumandangkan untuk memanggil yang belum datang sehingga lebih tepat dengan lantunan pelan, sedangkan iqamah untuk yang sudah hadir sehingga lebih tepat dikumandangkan dengan agak cepat.
Ketika ingin mengerjakan sholat qadha, ia dapat mengumandangkan adzan untuk sholat yang pertama lalu iqamah saja untuk sholat yang berikutnya.
Dalilnya bahwa Nabi Muhammad SAW menjamak sholat maghrib dan Isya di Muzdalifah dengan satu adan dan dua kali iqamah. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim.
Adapun syarat dan sunnah iqamah sama dengan syarat adzan. Demikian pula sunnah iqamah juga sama dengan sunnah adzan. Sebagai tambahan, iqamah sebaiknya dilakukan muadzin. Selain itu, orang yang mendengar disunahkan mengucapkan: أقامها الله وأدامها ‘Aqamahallahu wa adaamaha.” Yang artinya, “Semoga Allah menegakkan dan merutinkannya.”
Adzan ternyata berpengaruh juga terhadap setan. Mereka disebutkan akan lari terbirit-birit karena mendengar adzan dan iqamah.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ، حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِيْنَ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثَوَّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَر
”Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan iqamat ia berlalu lagi …” (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 1267)
Orang yang mengumandangkan adzan dijanjikan pahala yang besar. Namun anehnya, sedikit sekali orang yang mau rutin melaksanakan adzan.
Adzan dan Iqamah, Apa Perbedaannya?
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu juga, ia mengabarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوْا
”Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala yang didapatkan dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan undian niscaya mereka rela berundi untuk mendapatkannya…” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 980)
Muawiyah radhiallahu ‘anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
الْمؤَذِّنُوْنَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 850)
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
”Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatu pun yang mendengar suara lantunan adzan dari seorang muadzin melainkan akan menjadi saksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 609)
Ibnu ’Umar radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلْمْؤَذِّنِ مُنْتَهَى أََذَانِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ سَمِعَهُ
”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah atau pun yang kering yang mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad 2: 136. Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits ini shahih)
Adzan dan Iqamah, Apa Perbedaannya?
BACA JUGA: Keutamaan Adzan dan 5 Fakta Mengagumkan tentang Adzan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan para imam dan muadzin,
اللَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمّةَ وَاغْفِرْ لِلَمْؤَذِّنِيْنَ
”Ya Allah berikan kelurusan bagi para imam dan ampunilah para muadzin.” (HR. Abu Dawud no. 517 dan At-Tirmidzi no. 207, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 217)
Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْإِمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، فَأَرْشَدَ اللهُ الْأَئِمّةَ وَعَفَا عَنِ المْؤَذِّنِيْنَ
“Imam adalah penjamin sedangkan muadzin adalah orang yang diamanahi. Semoga Allah memberikan kelurusan kepada para imam dan memaafkan paramuadzin.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no.1669, dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 239) (lihat Shahih Fiqih Sunnah, Bab Adzan) []