SAUDARAKU,
Kita diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah dapat berupa shalat, mengaji, membantu orang lain yang sedang kesusahan, zakat, shadaqah, dan lain-lain. Tapi kadang iman kita naik kadang juga turun. Baik itu terjadi karena kita malas atau ada gangguan lainnya. Padahal jika kita ingat mati, pasti iman kita akan selalu naik.
Setiap nafas kita adalah selangkah menuju kematian, dan kematian kita membayangi kita lebih dekat dari bayangan kita sendiri, dan akan datang Sang Pemisah ruh dengan jasad, ia adalah tamu kita yang terakhir dalam hidup ini, Malaikat Izrail as.
Ingatlah ketika tangan-tangan para kekasih mengusung kita dan menurunkan tubuh kita ke dalam lubang kubur dengan air mata kesedihan.
BACA JUGA:Â Saudaraku, Ringankanlah Hidupmu dengan Ikhlas
Saudaraku,
Tahukah keadaan kita?
Seluruh tali pengikat kafan dibuka, lalu kafan yang menutup wajah dibuka, lalu tubuh ditaruh dalam posisi miring menghadap ke kanan yaitu kiblat, lalu punggung kita diganjal batu bata agar tubuh tidak terlentang lagi, yaitu tetap miring menghadap kiblat, dan wajah kita yang sudah disingkap kafannya diciumkan ke dinding kubur, agar terus wajah kita mencium tanah dinding kubur yang lembab itu.
Lalu kayu-kayu papan ditaruhkan di atas tubuh kita bersandarkan dinding kubur, menutup seluruh tubuh kita agar tanah tidak langsung menimpa tubuh.
Lalu tanah mulai ditumpahkan di atas tubuh kita, setelah itu kita sendiri di sana.
Dalam kesempitan dan kegelapan, panas, sendiri.
Saudaraku,
Bukan sebulan atau dua bulan, tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun sendiri.
Tak bisa curhat;
Tak bisa berhubungan dengan siapapun;
Tak bisa bergerak kemana-mana;
Tak ada pemandangan;
Tak ada warna, yang ada hanya kegelapan dan kegelapan;
Menunggu dan menunggu;
Ribuan tahun, sendiri;
Yang ditunggu adalah sidang akbar pertanggungan jawab.
Saudaraku,
Ribuan tahun sendiri dalam harap-harap cemas diselingi putus asa dan penyesalan.
Itulah yang terus menghantui kita kelak di alam kubur.
BACA JUGA:Â Saudaraku, Kenapa Engkau Diuji?
Ketika mengingat ini maka leburlah segala kekerasan hati. Ia pun mencair, dan jiwa terpanggil untuk sujud sambil menangis, mengadu pada Allah.
Jika ingat akan hal itu karena hanya Dialah yang melihat keadaan kita saat itu.
Hanya Dialah yang ada saat itu.
Saudaraku,
Untuk inilah kita shalat dan beribadah lainnya. Agar Allah tak melupakan kita saat itu dan mengasihani kita yang telah terbujur kaku di dalam tanah lembab ribuan tahun, ditemani dosa dan pahala kita. []