DOA inti sebuah ibadah, sebab rangkaian doa terdapat dalam setiap ritual ibadah yang ditunaikan seorang Muslim.
Dalam doa, ada harapan hadirnya berkah dan keselamatan serta permohonan terhindar dari keburukan dan penderitaan. Menurut Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, berdoa merupakan ibadah yang agung.
Penulis buku Mausuu’atul Aadab al-Islaamiyyah ini juga menjelaskan bahwa doa menunjukkan sebuah bukti akan ketergantungan manusia pada Tuhannya. Melalui doa, tergambar dengan jelas bahwa manusia tak mempunyai daya dalam menggapai segala yang ia inginkan dan menolak segala bala, tanpa bantuan Allah.
Hal yang mestinya tak terabaikan dalam persoalan doa ini adalah tata kramanya. Sehingga, harapan yang terbalut dalam doa, tercapai. Sayyid Nada mengatakan, ada beberapa hal penting dalam berdoa. Pertama, niat yang benar. Setiap berdoa, mestinya seseorang berniat menegakkan ibadah kepada Allah sebab doa adalah ibadah yang agung.
Kedua, berdoa dalam keadaan suci. Sayyid Nada menjelaskan, tak ada salahnya memang jika seseorang berdoa dalam keadaan tak berwudhu. Namun, akan lebih baik jika saat berdoa dalam keadaan suci. Ketiga, meminta kepada Allah dengan menengadahkan bagian dalam telapak tangan.
Menopang pernyataannya itu, Sayyid Nada mengutip hadis riwayat Abu Dawud yang berbunyi Jika kamu meminta kepada Allah maka mintalah dengan menengadahkan bagian dalam telapak tangan. Janganlah kamu memintanya dengan menengadahkan punggung telapak tangan.”
Keempat, memulai doa dengan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud menjadi pijakan, yakni Jika salah seorang dari kalian berdoa, hendaklah memulainya dengan mengucapkan hamdalah dan pujian kepada Allah. Lalu, bershalawat kepada Nabi Muhammad barulah meminta apa yang diinginkan.”
Kelima, sungguh-sungguh dalam meminta, menghadirkan hati dalam berdoa, dan yakin bahwa doanya akan dikabulkan. Sayyid Nada mengatakan, tak sepatutnya seseorang ragu dalam berdoa atau menyatakan pengecualian dengan mengucapkan Jika Engkau berkendak ya Allah.” Sebaliknya, orang itu harus sungguh-sungguh.
Ini dijelaskan dalam hadis yang diriwatkan Al-Bukhari dan Muslim, yaitu Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan, ‘Ya Allah ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah berilah aku rahmat jika Engkau mau. Ya Allah, berilah aku rizki jika Engkau mau.’ Hendaklah ia bersungguh-sungguh ketika meminta karena Allah kuasa untuk melakukan apa yang Dia kehendaki. Tidak ada pula yang dapat memaksakan sesuatu kepada Allah.”
Selain itu, orang yang berdoa sebaiknya menghadirkan hati dan pikirannya. Sayyid Nada mengingatkan, janganlah berdoa hanya dengan lisan sementara hatinya entah ke mana. Ia menegaskan, doa semacam itu tidak akan dikabulkan. Tadaburi juga doa yang terucap,” katanya menegaskan.
Orang yang berdoa ditekankan pula mempunyai keyakinan apa yang ia harapkan dalam doanya kelak terkabul. Sebab, Allah telah menjanjikan hal itu. Dengan demikian, seorang Muslim dituntut membenarkan apa yang dijanjikan Allah karena Dia tak akan mengingkari janji.
Waluyo Basuki dalam tulisannya Kenapa Doa tak Terkabul yang terangkum dalam buku kumpulan tulisan Hikmah berjudul Doa Anak Kecil mengungkapkan sebab tak terkabulnya doa. Terkait dengan hal itu, ia menceritakan krisis berkepanjangan yang pernah melanda Basra dan melahirkan keresahan bagi masyarakatnya.
Menghadapi krisis yang tak kunjung usai itu, masyarakat mengadukan masalah tersebut kepada seorang ulama bernama Ibrahim bin Adham. Mereka berharap ada solusi yang ditawarkan sang ulama. Mereka menyatakan telah memanjatkan doa kepada Allah, tetapi tak kunjung dikabulkan.
Ibrahim bin Adham lalu memberikan jawaban. Menurut dia, ada 10 hal yang menyebabkan tak terkabulnya doa, salah satunya banyak anugerah Tuhan yang dinikmati selama ini, namun tak membuat seseorang atau masyarakat bersyukur. Rasa syukur tentu tak hanya diucapkan dengan Alhamdulillah, namun harus diwujudkan dalam kehidupan. []
Sumber: Republika