ITTIBA’ adalah Mengikuti Rasulullah SAW di dalam tata cara berdo’a, ibadah dan lainnya. Ittiba’ ini adalah syarat diterimanya seluruh ibadah, sebagaimana firman Allah SWT,
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. al-Kahfi [18]:110).
Yang dimaksud dengan amal shalih adalah segala amal perbuatan yang sesuai dengan syari’at Allah SWT dengan maksud dan niat karena Allah semata-mata, maka oleh sebab itu ibadah dan amal shalih harus ikhlas karena Allah, dan harus sesuai pula dengan syariat yang diajarkan Rasulullah SAW.
Atas dasar ini Imam al-Fudhail bin iyadh dalam menafsirkan firman Allah SWT,
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ” (QS. Al-Mulk [67]: 1-2)
Beliau berkata, maksudnya (yang lebih baik amalnya) adalah amal yang paling ikhlas dan paling benar. Beberapa sahabatnya bertanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang paling ikhlas dan paling benar?” Jawabannya, “Sesungguhnya suatu amal perbuatan apabila dikerjakan dengan ikhlas tapi tidak dilakukan dengan cara yang benar, maka tidak akan diterima Allah SWT, sebaliknya apabila dikerjakan dengan benar tapi tidak dilakukan dengan ikhlas, maka tidak akan diterima pula oleh Allah SWT sampai amal ibadah itu dikerjakan dengan ikhlas dan benar. Yang dimaksud dengan ikhlas, amal yang mutlak karena Allah, yang dimaksud dengan benar ialah sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW; Kemudian al-Fudhail bin Iyad membaca:
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” (QS. al-Kahfi [18]:110),
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menye-rahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” (QS. an-Nisa’[4]: 125),
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman [31]: 22)
Maka wajib atas setiap Muslim mengikuti Rasulullah SAW dalam segala perbuatannya, sebagaimana firman Allah SWT,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21) dan firman Allah SWT,
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ” (QS. Ali Imran [3]: 31), dan firman Allah SWT,
“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk. ” (QS. al-A’raf [7]: 158), dan firman Allah SWT,
“Katakanlah, “Ta’atlah kepada Allah dan ta’atlah kepada Rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tiada lain kewajiban rasul hanya menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. an-Nur: 54)
Maka tidak diragukan lagi bahwa amal yang tidak sesuai dengan syariat Nabi Muhammad SAW, adalah amalan yang tidak sah (batal). Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah dari Nabi SAW beliau bersabda,
“Barangsiapa membuat perkara yang baru dalam agama kami ini yang tidak bersumber darinya, maka perkara itu ditolak.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dan dalam riwayat Imam Muslim yang berbunyi:
“Barangsiapa melakukan amalan yang bukan dari perintah kami, maka amalnya ditolak.” (HR. Muslim).[]
Sumber: E-book Agar Doa Dikabulkan Berdasarkan Al-Qur’an & As-Sunnah/Karya: Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani/Penerbit: Darul Haq-Jakarta