Oleh: Herlina
Aktivis Muslimah
herlinabanjarmasin00@gmail.com
KITA sering berharap agar kebaikan yang telah dilakukan segera berbalas kebaikan pula. Seseorang bisa berbuat baik karena ada dorongan tertentu. Ada yang ingin berbuat baik agar dilihat baik oleh orang lain. Ada yang berbuat kebaikan hanya ketika imannya naik. Namun, apa yang terjadi jika dorongan tersebut melemah?
Dalam Shirah Nabawiyah, kita mengetahui bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menyeru manusia agar mentauhidkan Allah SWT dan menerapkan syariat-Nya dalam kehidupan. Namun kaum Quraisy yang sudah diliputi kedengkian selalu menghalangi dakwah Beliau SAW.
BACA JUGA: Bolehkah Menceritakan Amal Shaleh Kita pada Orang Lain?
Rasulullah dianggap melecehkan Tuhan-tuhan sesembahan nenek moyang kaum Quraisy. Karenanya Beliau dimusuhi, diasingkan, dan dicap sebagai penyihir. Bahkan di antara mereka ada yang ingin membunuh Rasulullah SAW.
Rasulullah tak bergeming. Kaum Quraisy tidak kehabisan cara. Mereka menawarkan harta, jabatan, dan wanita terbaik agar beliau menuruti kehendak kaum Quraisy. Namun semua itu tak memadamkan semangat Beliau untuk berdakwah. Beliau bersabar sambil meminta keteguhan hati kepada Allah. Allah mengabulkan do’a beliau dan membimbing beliau ke jalan yang lurus.
Hingga akhirnya dakwah beliau diterima dengan baik di Madinah. Masyarakat Madinah yang berasal dari beberapa elemen sepakat untuk menyerahkan kekuasaan dan membaiat Beliau menjadi pemimpin.
Sebagai kepala negara, beliau menerapkan syariat dalam seluruh aspek kehidupan. Orang-orang berlomba-lomba memeluk Islam tanpa paksaan. Sejak itulah, Islam membawa rahmat untuk seluruh manusia dan beroleh masa keemasan. Di sisi lain, negeri yang belum terjangkau oleh dakwah Islam masih berada di era kegelapan.
Di era sekulerisasi, umat di-framing-kan bahwa melakukan kebaikan itu sangatlah sulit. Umat bisa saja berpikir bahwa bahwa kebaikan bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Ada juga yang menunda kebaikan karena tak ingin dianggap ‘sok suci.’ Jika seperti itu, bagaimana mungkin seseorang bisa memperoleh surga bila kebaikan tak dilakukan selama di dunia?
BACA JUGA: Umi Widia: Jika Ingin Anaknya Shaleh, harus Orangtuanya lebih dulu
Maka dari itu, konsistenlah untuk terus melibatkan Allah SWT dalam melakukan segala aktivitas. Niat yang lurus karena Allah tak akan mudah dipatahkan hanya karena cacian manusia. Tanamkan keyakinan bahwa ridha Allah SWT adalah tujuan, bukan terletak pada legalitas di atas kertas.
Pengemban dakwah hendaknya selalu berinteraksi dan memahamkan Islam sampai umat semakin mencintai syariat. Bukannya malah menutup diri dan pasrah dengan keadaan, apalagi berhenti. Maka dengan begitulah, niscaya kebaikan akan berbalas surga dari Allah. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.