KETERTARIKANNYA akan Islam tumbuh ketika ia bersahabat dengan seorang muslimah dimana ia bersekolah. Meskipun kawannya tersebut tak pernah mengajarkannya tentang dasar hukum Islam maupun hal esensial lainnya, suatu saat ketika ia akan meminum alkohol, sahabatnya tersebut memberikan penjelasan panjang lebar kenapa ia tidak mengikutinya.
Alasannya yang logis kemudian membuat pemuda bernama lengkap Aidan Griffin ini terkesan, meski ia tidak serta merta mengakui di hadapan kawannya tersebut.
Di lain kesempatan, ia memergoki kawannya ini sedang berpuasa, dan ketika ia mengetahui bahwa muslim berpuasa selama 30 hari, ia semakin kaget lagi karena ia berpikir menahan lapar dan haus akan membuat orang sakit berkepanjangan.
BACA JUGA: Jermaine Jackson, Masuk Islam karena Dialog dengan Anak-anak Kecil Bahrain
Namun saat kawannya tersebut menjelaskan manfaat puasa memberikan banyak manfaat terutama dari segi kesehatan, ia semakin terkagum-kagum akan keindahan islam. Tak lama setelah mendengarkan segi positif puasa bagi tubuh manusia, laki-laki berusia 21 tahun ini kemudian menggali dan membaca dasar-dasar islam melalui internet, bahkan sebelum masuk islam, ia juga sempat men-download aplikasi sholat yang rutin memberikannya notifikasi lima kali sehari.
Dari aplikasi yang ia terima setiap kali panggilan sholat datang, ia kemudian mencoba mencari tahu bagaimana muslim melakukan sholat. Dari situ, ia mulai mempraktikkannya di rumah, namun sayangnya ketika ibunya memergokinya sholat, ibunya menentangnya habis-habisan. Bahkan ibunya juga sempat mengelak dan mengatakan, “tak ada satu pun dari anakku yang masuk islam.”
Bukan hanya ibunya yang merasa sedih ketika mengetahui bahwa Aidan menjadi muallaf. Ayahnya pun bereaksi sama: mendebatnya berkali-kali bahkan sempat mengusirnya untuk keluar dari rumah. Tetapi atas mediasi dari kakak Aidan, mereka kembali berdamai dan berusaha untuk mendiskusikannya baik-baik.
Sayangnya, usaha untuk meyakinkan orangtuanya bahwa ia mengambil jalan terbaik bukanlah hal yang mudah. Cacian dan makian kerap kali diucapkan ayahnya kepada Aidan atas keputusannya menjadi muslim. Terutama ketika kedua adiknya beberapa kali tertarik untuk ikut sholat bersamanya. Hal tersebut membuat orangtuanya murka dan menuding Aidan berusaha menghasut kedua adiknya untuk ikut membantah kedua orangtua mereka.
Berkali-kali menjalani perdebatan panjang dengan keluarga yang ia sayangi, Aidan tak pernah menyerah untuk terus mendoakan dan berbuat baik terhadap mereka. Bahkan saat pertama kalinya ia merayakan Idul Fitri, ia rela merogoh uang tabungannya untuk menyajikan menu makan malam spesial untuk ia dan keluarganya.
BACA JUGA: Terharu oleh Al Quran, Tahanan Ini Masuk Islam dan Naik Haji
Dan dari situlah, untuk pertama kalinya ibu Aidan memahami bahwa menjadi muslim tidak membuat Aidan berpengarai buruk, justru ia menjadi bertambah lembut dan ramah terhadap orang di sekitarnya.
Dan setelah beberapa tahun menjadi muslim, ia semakin bersyukur bahwa kini seluruh keluarganya dapat menerima keputusannya dengan tangan terbuka. Walaupun awalnya agak sulit dan harus melalui perdebatan panjang, namun dari hati kecilnya ia sangat bersyukur bahwa Allah membukakan hati anggota keluarganya, meski hingga kini mereka belum mendapatkan hidayah islam, tapi ia tak berhenti berdoa agar cahaya islam juga merengkuh orangtua serta saudara kandungnya. []
Hasna Azmi Fadhilah/berdasarkan cerita Aidan Griffin