NAFAS perempuan itu tersengal. Malam hanya menyisakan rinai gerimis di luar. Suaranya berdebum seperti titik-titik bom menyentuh lantai di ruang teras, BUM!, BUM!, BUM!, namun terasa sangat berat dan memusingkan kepalanya.
Seseorang seperti sedang mencekiknya. Ia berusaha bangun. Namun tak kuasa. Ini malam Jumat. Ia sebisa mungkin melafalkan ayat-ayat Quran perlindungan diri yang sudah diajarkan ustadz belakangan ini: “Teruslah berhati-hati, ada banyak gangguan makhluk jahat yang sedang dikirim ke rumahmu.” Begitu nasihat ustadz.
BACA JUGA:Â Ujian Susulan, 500 Perak, dan Nasi Basi
Tapi ayat-ayat tersebut hanya terasa di hatinya saja. Tiada sampai ke lidahnya yang kelu. Keringat membanjir. Ia merasa tangan kanannya kebas. Ia berusaha mengangkatnya, namun tiada daya. Ia sekarang menjerit. Sekarang pikirannya menerawang, pada salah satu ujar sahabatnya, “Hapus semua fotomu di medsos. Itu namanya ain.
Kamu membuka ruang untuk orang yang dengki padamu dengan cara itu.”
Ia sempat menukas ketika itu, “Tapi ini tahun 2020?”
“Ya, dan kamu harus tahu,” ujar temannya itu hati-hati, setengah berbisik lewat telefon genggam, “di suatu tempat, ada satu daerah yang isinya dukun semua.”
Ia merandeg. Saat melihat jam, pukul 23.30. Hari hampir tutup. Berganti dini hari. Dilihatnya suaminya terbaring lelap di sampingnya. Anak gadis satu-satunya sudah ia minta untuk tidur satu kamar dengan mereka; malam-malam berubah jadi sangat dingin dan murung di sini, hujan, angin bergeser dengan kasar, derit suara pintu, cicak tak terhitung jumlahnya, bergelantungan di dinding, dan mimpi-mimpi buruk; ada yang sangat serius menyerang dirinya.
Sekarang, ia sudah tak sempat berpikir, sepertinya ada sosok lain di sekitarnya! Ia memaksakan diri bangun (kamu pernah kan mengalami seperti dadamu ditindih sesuatu yang berat dan kamu tahu kamu sedang berada dalam bahaya, tapi kamu juga tahu kamu sedang berada dalam tidur, namun kamu tak bisa bangun), ia merasa, sekarang, dirinya antara mati dan hidup. Mulutnya menggumamkan sesuatu yang sudah sangat akrab dalam jiwa dan sanubarinya, “Allah…”
BACA JUGA:Â Hujan Waktu Ashar
Ia bangun. Semua masih tertidur. Suami. Anaknya. Jam. Buku. HP. Meja rias. Dan kamar mandi. Semuanya diam.
Ia bangun dengan berat; wudhu menunggunya. Namun, saat itu, ia merasa di belakangnya, hingga membuat semua bulu kuduknya berdiri, ada yang perlahan-lahan, seperti angin, menuju dirinya. []