SYAHIDNYA Abu Salamah diterima dengan pasrah dan penuh kesabaran oleh sang istri Ummu Salamah. Beliau lantas berdoa, “Ya Allah selamatkanlah aku dari musibah yang menimpaku”.
Ia tidak menuntut dirinya untuk berkata, “…dan berilah aku ganti yang lebih baik.” Padahal sebelum Abu Salamah wafat. Abu Salamah berdoa kepada Allah agar mengganti suami yang lebih baik untuk Ummu Salamah.
BACA JUGA: Sahabat Rasulullah Ini Bertemu Dajjal secara Langsung
Pasalnya, Ummu Salamah sendiri mungkin masih mempertanyakan: “Siapakah yang mungkin lebih baik daripada Abu Salamah?”
Setelah masa ‘iddah-nya berakhirnya, datanglah sejumlah sahabat untuk meminangnya. Demikianlah kebiasaan kaum Muslimin untuk menghormati para laki-laki dengan menjaga istri yang mereka tinggalkan karena gugur di medan jihad. Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. mendatangi Ummu Salamah untuk melamar, tetapi Ummu Salamah menolaknya dengan halus.
Selanjutnya, datanglah Umar ibn Khaththab r.a. dan Umar pun mendapat jawaban yang sama dengan Abu Bakar. Pada saat itu Rasulullah telah memikirkan tentang wanita yang mulia ini. Wanita mukminah sejati yang setia dan sabar. Beliau melihat bahwa tidaklah adil jika Ummu Salamah dibiarkan seorang diri seperti itu tanpa ada orang yang mengurusnya.
Suatu hari Rasulullah datang untuk melamar Ummu Salamah. Ummu Salamah hampir tidak percaya dengan lamaran Rasulullah, hingga ia teringat ucapan Abu Salamah mengenai pengganti dirinya.
Dalam hati, Ummu Salamah berulang-ulang mengucapkan, “Inilah yang lebih baik.” Namun, kejujuran dan keimanannya telah membuatnya banyak berpikir dan berusaha membuka kekurangannya kepada Rasulullah. Ia berkata, , “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku adalah wanita yang sangat pencemburu dan aku takut jika engkau nanti melihat sesuatu padaku yang menyebabkan turunnya azab Allah kepadaku. Aku adalah wanita yang sudah tua dan memiliki banyak anak.”
Rasulullah menjawab, “Adapun engkau mengatakan bahwa dirimu adalah wanita yang sudah tua maka aku lebih tua daripada engkau dan bukanlah suatu aib jika dikatakan: menikah dengan orang yang lebih tua.’ Engkau juga mengatakan: ‘Sesungguhnya, aku adalah ibu dari anak-anak yatim,’ maka mereka semua adalah tanggung jawab Allah dan Rasul-Nya. Engkau pun mengatakan: Aku adalah wanita yang sangat pencemburu,’ maka aku berdoa semoga Allah menghilangkan sifat itu.”
Akhirnya, Ummu Salamah menerima lamaran Rasulullah dan berkata, “Allah telah memberi ganti dari Abu Salamah dengan yang lebih baik, yakni Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.”
BACA JUGA: 70 Nama Sahabat Nabi yang Syahid di Perang Uhud
Pernikahan pun dilangsungkan pada bulan yang penuh berkah, bulan Syawwal 4 H.
Ummu Salamah telah menjadi ibu bagi kaum Mukminin. Dengan sekuat tenaga, ia menjalani hidup dalam rumah tangga Rasulullah. Ia sangat memperhatikan kedudukannya dan selalu menjaga cinta dan kerukunan sesama Ummahatul Mukminin.
Sayyidah Aisyah binti Abi Bakar r.a. mengatakan, “Ketika Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menikahi Ummu Salamah, aku merasa sangat sedih oleh karena kecantikan Ummu Salamah hingga aku pun pernah berjalan sembunyi-sembunyi demi bisa melihatnya dan ternyata kecantikannya jauh dari yang digambarkan.” []
Sumber: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam/ Penulis: Bassam Muhammad Hamami/ Penerbit: Qisti Press/ 2017