DIALAH wanita mulia yang sejak masih belia sudah mendampingi Rasulullah ﷺ hingga akhir hayatnya. Dia adalah putri sahabat Nabi yang paling dekat yakni Abu Bakar Ash Shiddiq. Dia lah Aisyah radiallahu anha.
Selain sebagai umirul mukminin, Aisyah juga dikenal sebagai wanita pembawa bendera dalam bidang keilmuan dan pengetahuan di masanya. Dia menjadi lentera yang menyinari para ahli ilmu dan penuntut ilmu hingga masa kini.
Aisyah menjadi tempat Nabi berkonsultasi tentang ilmu yang masih sulit dimengerti dan beberapa masalah keilmuan lainnya. Aisyah kerap memberikan jawaban yang memuaskan dengan tenang dan teliti. Suatu jawaban yang tidak mudah diberikan kecuali oleh orang yang sudah mencapai tahap keilmuan yang tinggi.
BACA JUGA: Aisyah, Ahli Hadis yang Kritis
Aisyah juga terhitung salah seorang yang keilmuannya melampaui banyak orang lainnya dalam hal Alqur’an, hadits, fiqh, syair, cerita-cerita Arab, hari-hari mereka dan nasab mereka.
Menurut perhitungan, diantara orang-orang yang menghapal hadits dari para sahabat lebih dari seratus tiga puluh orang, lelaki dan perempuan. Orang yang paling banyak hapalannya diantara mereka ada tujuh orang: Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Aisyah, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar.
Aisyah menjadi satu-satunya wanita dalam daftar tersebut. Dia meriwayatkan 2.210 hadits dari Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar bin Khathab, Fatimah, Sa’ad bin Abi Waqash, Hamzah bin Amr Al-Aslami, dan Judzamah binti Wahab. Dia pun masuk dalam jajaran periwayat hadits yang paling banyak.
Peringkatnya di bawah prestasi Abu Hurairah yang meriwayatkan 5.394 hadits, dan tepat di bawah Abdullah bin Umar bin Khattab yang meriwayatkan 2.638 hadits.
Aisyah berada di atas prestasi Ibnu Abbas yang meriwayatkan 1.660 hadits. Setelah itu Jabir bin Abdullah Al-Anshari yang meriwayatkan 1.540 hadits, dan dia berada di atas Abu Sa’id yang meriwayatkan 1.170 hadits.
Dari dulu Aisyah dikenal sebagai orang yang jujur, banyak beribadah, tahajud, dan berpuasa. Aisyah juga dikenal sebagai orang yang pemalu.
Ketika dia masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat makam Rasulullah dan Abu Bakar, dia tidak perlu memakai hijab. Karena dua orang tersebut adalah suami dan ayahnya. Namun ketika Umar bin Khattab dimakamkan di sebelah keduanya, dia tidak pernah lagi membuka hijabnya.
Aisyah lahir 4 tahun setelah kenabian Rasulullah SAW atau 9 tahun sebelum hijriah. Dia hidup di masa Nabi, juga di masa Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utman dan Ali.
Aisyah meninggal dunia saat melaksanakan sholat witir di bulan Ramadhan. Ada yang mengatakan pada 17 Ramadan, ada pula yang menyebut pada 27 Ramadhan. Tepatnya pada Senin malam bulan Ramadan 58 Hijriyah atau 13 Juli 678 Masehi, di Madinah, dalam usia 66 tahun. Ada juga yang menyebut Aisyah meninggal pada 57 H.
BACA JUGA: Mengapa Rasulullah Menikahi Aisyah?
Semasa hidupnya, Aisyah menginginkan agar dikuburkan pada malam hari. Orang-orang Anshar pun berkumpul. Tiada satu malam yang pernah mereka saksikan sebelumnya dengan lautan manusia yang mengiringi jenazah seperti pada malam pemakaman Aisyah.
Aisyah dimakamkan di Baqi’ dan dishalatkan oleh Abu Hurairah yang menjadi imam. Ada lima orang yang turun ke dalam liang kuburnya yakni Abdullah dan Urwah (keduanya anak Zubair), Qasim dan Abdullah (keduanya anak Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq), dan Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Salah satu hadis yang diriwayatkan Aisyah dari Rasulullah ﷺ adalah tentang jaminan surga baginya. Rasulullah ﷺ bersabda:
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam bintu Imran, Fatimah bintu Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khadijah bintu Khuwailid, dan Aisyah.” (HR. Hakim 4853 dan dinilai ad-Dzahabi: shahih sesuai syarat Muslim). []