Oleh: Sarra Risman (Grup Parenting with elly Risman and Family)
“You cried when He took away your drop of water. Not knowing that He saved for you, the sea.”
(Yasmeen Mohaged)
GAGAL… jatuh… Keguguran… di PHK… bangkrut… kalah. Semua musibah yang terjadi pada diri kita, terjadi atas izin Allah (Q.S 64:11). Kita harus percaya bahwa apa yang sudah ditentukan adalah yang terbaik menurut-Nya. Seperti pada smua hal, anak akan belajar juga dari melihat orang tuanya akan bagaimana mengatasi kegagalan, kekalahan dan pengelolaan emosi dalam menghadapi musibah.
Allah mengatakan tidak semua yang kita suka itu bagus untuk kita, dan tidak semua yang kita benci itu buruk untuk kita. Allah Maha Tahu, dan kita tidak tahu (Q.S 2:216). Maka bisa jadi sebuah musibah adalah jalan menuju kebaikan yang lebih besar.
BACA JUGA: Ujian adalah Tanda Cinta Allah
Dulu saya pernah mau membeli rumah kecil sekali dan karena satu dan lain hal, tidak bisa kami beli dan waktu itu kami sangat kecewa. Ternyata Allah menggagalkan membeli rumah tersebut, karena saya mau diberikan beasiswa S2 ke Australia dan rumah yang 3 kali lipat besarnya dari rumah super mini itu 3 tahun setelahnya. Hal yang sama terjadi lagi di kehamilan kedua, ketika dokter kebidanan mengutarakan bahwa saya akan mendapat anak laki-laki lagi. Saya kembali kecewa karena saya suka sekali anak perempuan dan fitrah manusia adalah menginginkan yang ia tidak miliki.
Kini, memiliki 3 anak laki-laki, saya bersyukur luar biasa. Karena pengasuhan sebagian besar jadi dipegang oleh ayahnya karena jenis kelamin yang sama. Baju mereka sederhana, tinggal kaos dan celana tanpa khawatir akan kemungkinan bertabarruj dalam kesehariannya. Pakaian dan mainan pun semua sama. Dan karena mengasuh anak laki-laki dan perempuan harus berbeda, maka memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama semua, masayaallah tabarakallah menjadi lebih mudah.
Ujian dan cobaan serta musibah lain, yang ketika terjadi saya rasa dunia saya akan hancur, lalu ternyata itu hanya sebuah de-tour dari jalanan kehidupan yang saya kira terbaik bagi saya dan ternyata tidak, dan ternyata Allah sudah memiliki rencana yang jauh lebih bagus lagi dari apa yang bisa saya bayangkan.
Ujian, cobaan dan musibah akan terus terjadi dalam skala kecil ataupun besar dalam kehidupan seorang manusia. Mau atau tidak mau semua orang melewatinya. Masing-masing ujian ini sudah di ‘custom-made’ sama Allah agar pas untuk kadar kesanggupan masing-masing manusia. Bahkan Allah mengatakan bahwa kita tidak boleh terlalu pede untuk bisa masuk surga kalau belum diuji (Q.S 2:214)
BACA JUGA:Hikmah di Balik Ujian
Kita semua sudah pernah, atau sedang merasakan ujian-ujian kehidupan ini. Anak-anak kita nanti akan merasakannya pula. Ajarkan mereka bahwa musibah adalah ketapel Allah untuk membuat kita lebih taat, lebih insaf, memperbaiki diri, lebih bersayaukur dan menjadi manusia yang lebih baik secara keseluruhan. Seperti cara kerja ketapel, agar dia bisa melambung jauh menuju sasaran yang dia tuju, dia harus ditarik mundur dulu. Dalam kehidupan, penarikan mundur tersebut kadang memang menyakitkan, membuat kita tidak nyaman, tapi percaya bahwa Allah mencintai kita lebih dari orang tua kita (HR. Bukhari Muslim).
Percaya saja bahwa yang sudah di takdirkan itu yang terbaik, dan Allah tidak akan menguji di luar kapasitas kita (Q.S 2:286). Anda harus membesarkan anak-anak dengan menjadi contoh yang baik jika dan dalam menghadapi musibah, sehingga mereka tahu bahwa hidup ini hanyalah seperti permainan memanah. Untuk bisa melesat maju, harus siap dan terima untuk mundur beberapa langkah dulu. []