SUNAN Kalijaga, siapa tak kenal sosok pendakwah yang menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa ini. Nama kecilnya adalah Raden Mas Syahid. Ia lahir pada 1450 Masehi di Tuban, Jawa Timur. Ia merupakan putra seorang Bupati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta. Ia juga murid dari Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga membumikan Islam dengan memasukannya pada nilai dan tradisi Jawa. Dengan kepiawaian dan keluhuran ilmu serta budi pekertinya, Sunan Kalijaga mampu menarik minat masyarakat untuk memeluk, mempelajari ajaran Islam dan menjalankan syariatnya tanpa paksaan.
BACA JUGA: Ketika Sunan Gresik dan Santrinya Shalat Istisqa
Salah satu yang disampaikan Sunan Kalijaga adalah belajar memaknai kehidupan. Dikutip dari beberapa media, berikut ini 9 filosofi Jawa yang ditanamkan Sunan Kalijaga tersebut:
Urip Iku Urup
”Hidup itu Nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik.“
Hidup itu nyala. Artinya, dalam menjalani kehidupan sebagai manusia, kita harus bisa memberi manfaat bagi sekitar. Mulai dari yang kecil dengan membantu kedua orang tua, mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah dipelajari, hingga melakukan perubahan besar untuk masyarakat sekitar. Kita bisa menganalogikan lilin, yang mampu memberikan penerangan kala gelap menerpa.
Memayu Hayuning Bawana
“Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.”
Dalam berperilaku, kita sebagai insan manusia hendaknya mampu mengontrol sifat-sifat negatif seperti murka, serakah, dan tamak. Sifat-sifat tersebut tentunya akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga harus senantiasa berhati-hati untuk mencari keselamatan di dunia dan akhirat.
Suro Diyo Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
“Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.”
Berkaitan dengan poin nomor dua, bahwa dalam mengontrol sifat-sifat negatif tersebut, kita harus terus belajar untuk menyikapi hal-hal dan masalah secara bijak. Menahan hawa nafsu dan bersikap sabar dalam segala hal.
Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondo
“Berjuang tanpa membawa massa, menang tanpa merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kaya tanpa didasari kebendaan.”
Berjuang tanpa membawa massa dalam hal ini berkaitan dengan mengalahkan diri sendiri, mengalahkan nafsu. Menang tanpa merendahkan artinya tidak merendahkan orang lain ketika ingin mengunggulkan pendapat sendiri. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan artinya wibawa tersebut memang datang dari dalam diri seseorang, senantiasa menghargai orang lain. Sedangkan kaya tanpa didasari kebendaan berarti kaya yang tidak diukur dari harta benada, melainkan bisa dari pengetahuan dan kebijaksanaan seseorang.
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
“Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.”
Hidup memang perihal memperoleh dan kehilangan, ketika kita memperoleh sesuatu, kita harus sepenuhnya menyadari bahwa suatu saat hal itu akan hilang dari diri kita. Dengan begitu kita menyadari bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini.
BACA JUGA: Di Antara Wasiat Sunan Gunung Djati
Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman
“Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah kolokan atau manja.”
Ketika sebuah peristiwa datang, jangan mudah untuk terheran-heran. Kita harus menyikapi sesuatu dengan tenang supaya tidak terlihat bodoh. Jangan mudah menyesal karena hal tersebut hanya membuang-buang waktu saja. Kesalahan adalah sebuah keniscayaan, namun dari sana kita dapat belajar hal yang baru untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jangan manja, sebab hidup kita adalah tanggung jawab diri kita masing-masing.
Ojo Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadoyan Lan Kemareman
“Jangan terobsesi atau terkurung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan kebendaan dan kepuasan duniawi.”
Hidup memang bukan hanya persoalan duniawi, ada hal penting yang mestinya kita jaga, yaitu hati nurani dan jiwa raga yang mestinya kita siram supaya tidak ternodai oleh nasfu duniawi.
Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko
“Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.”
Di atas langit masih ada langit, oleh karenanya kita jangan pernah merasa paling mengerti, paling handal atau paling pandai akan suatu hal. Dalam mencapai sesuatu juga jangan menghalalkan segala cara, seperti melakukan kecurangan. Karena hal tersebut yang nantinya akan mebuat diri kita celaka.
Ojo Adigang, Adigung, Adiguno
“Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.”
Tidak perlu merasa berkuasa, besar dan sakti, toh semuanya sama di hadapa Allah Swt. []