JAKARTA—Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menyatakan jurnalis yang memperoleh upah secara layak bisa bekerja profesional, dan tidak tergoda menerima amplop yang merusak independensi jurnalis dan media.
Ketua AJI Jakarta Ahmad Nurhasim menyatakan, dengan begitu upah layak akan meningkatkan mutu produk jurnalisme. Upah kecil kata dia kerap menjadi pemicu jurnalis menerima sogokan dari narasumber.
”Ini berbahaya bagi masa depan jurnalisme dan masa depan demokrasi di Indonesia karena berita yang dihasilkan dari jurnalisme amplop berpotensi menjadi racun bagi kebebasan pers,” kata Nurhasim kepada Islampos.com, Senin (15/1/2018).
Menurut Koordinator Survei Upah Layak AJI Jakarta Hayati Nupus, besaran upah layak tersebut diperoleh dari hasil survei sejumlah kebutuhan jurnalis di Jakarta.
AJI Jakarta menghitung besaran tersebut berdasarkan 37 komponen dari 5 kategori, yaitu pangan, tempat tinggal, sandang, dan kebutuhan lain seperti pulsa, internet dan cicilan laptop. Jurnalis memiliki kebutuhan tersendiri agar mampu bekerja dengan profesional.
Selain itu jurnalis memiliki kebutuhan khas untuk meningkatkan kapasitas, seperti langganan koran dan belanja buku.
“Kami menekankan pentingnya kesejahteraan jurnalis. Ketika jurnalis sejahtera, maka akan tercipta produk jurnalistik bermutu yang mendidik dan mencerdaskan kehidupan publik, termasuk fungsi kontrol sosial media bisa berjalan lebih baik,” pungkasnya. []
Reporter: Rhio