PENGHINAAN terhadap Nabi Muhammad SAW telah terjadi sejak zaman dulu. Para penghina Nabi itu ada dari zaman ke zaman. Namun, mereka pada akhirnya binasa, bahkan merasakan kematian yang mengerikan. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Prancis.
Dahulu, pada era Nabi, ada tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Pemimpin kaum munafik di Madinah ini memprovokasi orang-orang di sekitarnya.
“Di kota kita ini sudah banyak kaum Muhajirin. Penggabungan kita dengan mereka akan seperti kata peribahasa: ‘Seperti membesarkan anak harimau.’ Sungguh, kalau kita sudah kembali ke Madinah, orang yang berkuasa akan mengusir orang yang lebih hina,” kata dia.
Muhammad Husain Haekal dalam “Umar bin Khattab” menceritakan bahwa kata-kata Abdullah bin Ubai itu oleh sahabat disampaikan kepada Rasulullah, yang ketika itu diketahui juga oleh Umar bin Khattab.
Umar naik pitam mendengar laporan itu dan berkata, “Rasulullah, perintahkan kepada Abbad bin Bisyir supaya membunuhnya.”
Sementara itu, Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul “Membaca Sirah Nabi Muhammad Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih” memaparkan bahwa Abdullah bin Ubay menyebarkan propagranda dan api kebencian terhadap kaum Muhajirin di hadapan kelompoknya.
Kata Abdullah bin Ubay, kaum Muhajirin telah membenci penduduk Madinah dan banyak dari mereka yang bermukim di Kota Madinah.
“Demi Allah, kita dengan mereka tidak lain kecuali seperti ungkapan, ‘Engkau menggemukkan anjingmu, lalu dia menerkammu.’ Demi Allah, kalau kita kembali ke Madinah, pastilah orang-orang mulia akan mengusir orang-orang hina,” kata Abdullah bin Ubay kepada kelompoknya.
BACA JUGA: Hina Nabi, Seorang Penyanyi Nigeria Dijatuhi Hukuman Mati
Perkataan Abdullah bin Ubay itu didengar Zaid bin Arqam. Zaid kemudian menyampaikan informasi itu kepada pamannya, dan pamannya melanjutkannya kepada Nabi Muhammad.
Tak berapa lama Abdullah bin Ubai menemui Rasulullah dan membantah bahwa ia berkata demikian. Hanya saja, pernyataan si Munafik ini diketahui kebohongannya setelah Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Qur’an Surat Al-Munafiqun ayat 8-10.
يَقُوۡلُوۡنَ لَٮِٕنۡ رَّجَعۡنَاۤ اِلَى الۡمَدِيۡنَةِ لَيُخۡرِجَنَّ الۡاَعَزُّ مِنۡهَا الۡاَذَلَّ ؕ وَلِلّٰهِ الۡعِزَّةُ وَلِرَسُوۡلِهٖ وَلِلۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَلٰـكِنَّ الۡمُنٰفِقِيۡنَ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
“Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS Al Munafiqun: 8)
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُلۡهِكُمۡ اَمۡوَالُكُمۡ وَلَاۤ اَوۡلَادُكُمۡ عَنۡ ذِكۡرِ اللّٰهِۚ وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰلِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”(QS Al Munafiqun: 9)
وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al Munafiqun: 10)
Maka datanglah Hubab atau Abdullah, salah satu anak Abdullah bin Ubay yang paling menonjol. Ia ikut dalam Perang Badar, Uhud, dan lainnya.
Mendengar sang ayah terus saja menghina nabi, ia mengajukan diri untuk membunuh ayahnya sendiri.
“Rasulullah, aku mendengarmu menginginkan Abdullah bin Ubai dibunuh. Kalau memang begitu, berikanlah tugas itu kepadaku, akan saya bawakan kepalanya kepadamu,” katanya.
“Orang-orang Khazraj sudah tahu, tak ada orang yang begitu berbakti kepada ayahnya seperti yang aku lakukan. Aku khawatir kamu akan menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Kalau sampai orang lain itu yang membunuhnya, aku tak akan dapat menahan diri membiarkan orang yang membunuh ayahku berjalan bebas. Tentu akan kubunuh dia dan berarti aku membunuh orang beriman yang membunuh orang kafir, dan aku akan masuk neraka.”
Rasulullah menjawab, “Kita tidak akan membunuhnya. Bahkan kita harus berlaku baik kepadanya, harus menemaninya baik-baik selama dia masih bersama dengan kita.”
Tatkala Abdullah bin Ubay, telah datang untuk masuk kota Madinah, dia (Abdullah si anak) menghadangnya di jalan dan mengatakan, “Berhentilah di tempatmu! Hari ini aku benar-benar akan mengetahui, siapakah yang paling mulia, dan siapakah yang paling hina?”
Abdullah bin Ubay berkata, ”Celaka engkau, kenapa kau?”
Anaknya berkata, “Engkau mengatakan begini dan begini? Hari ini aku benar-benar akan mengetahui, siapakah yang paling mulia, dan siapakah yang paling hina. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah paling mulia, dan engkau yang paling hina.”
BACA JUGA: Yang Menimpa Abu Jahal setelah Menghina dan Mencaci Nabi SAW di Bukit Shafa
Dia menghalangi sang ayah masuk, sehingga bapaknya itu mengutus seseorang untuk mengadu kepada Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah bersabda, “Biarkan dia.”
Setelah datang perintah Rasulullah SAW, maka diapun mengizinkannya masuk.
Kemudian tidaklah Abdullah bin Ubay, Si Munafik itu, hidup beberapa hari sampai akhirnya sakit perut lalu mati.
Demikianlah sunatullah (ketetapan Allah) terhadap orang yang mencela Rasulullah SAW.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih dari hadis Anas tentang kisah penghina Nabi Muhammad SAW lainnya.
Anas berkata, “Dahulu ada di antara kami seorang laki-laki dari Bani Najjar yang menyusul Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu duduk kepadanya, untuk menghafal surat al Baqarah dan Ali Imran, dan dia menulis untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian dia bergabung dengan orang-orang Romawi, -yaitu menjadi kafir- dan mulai membuat-buat kebohongan atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia mengatakan, “Muhammad tidak mengetahui apa-apa dari al Qur’an, sesungguhnya akulah yang menuliskan untuknya.” Namun tidaklah dia hidup, kecuali sehari atau dua hari saja, dia mati. Allah Azza wa Jalla membunuhnya.
Orang-orang Romawi menghendaki untuk menguburnya, di dalam bumi. Mereka menggali lubang kubur baginya. Kemudian bumi memuntahkannya dari dalam tanah.
Mereka mengatakan: “Mungkin kawan-kawan Muhammad mengeluarkannya.”
Mereka pun menggali lubang kubur lagi baginya dengan dalam. Namun bumi memuntahkannya lagi.
Mereka lalu mengatakan, “Mungkin kawan-kawan Muhammad mengeluarkannya.”
Mereka membuat lubang kubur yang ketiga baginya dengan sangat dalam. Namun bumi memuntahkannya lagi.
Maka mereka mengetahui bahwa perkara ini bukanlah dari para sahabat Nabi. Mereka pun akhirnya meninggalkannya terlantar.
Lihatlah, apa yang Allah lakukan terhadap para penghina Nabi itu!
Allah mencabut nyawanya dan Dia menjadikannya sebagai ayat (tanda kekuasaan Allah) dan ‘ibrah (pelajaran), sebagaimana Allah menjadikan Fir’aun sebagai ayat dan ‘ibrah.
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ ءَايَة ً
“(Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu.” (QS Yunus: 92)
Itulah sebagian akibat buruk yang diderita orang yang mencela Rasulullah SAW, membuat-buat kedustaan dan memperolok-olok beliau SAW.
BACA JUGA: Inilah Hukuman bagi Penghina Nabi Muhammad SAW
Kisah lainnya terjadi pada suatu masa. Salah seorang penguasa Mongol menghendaki untuk masuk Kristen, dia mengumpulkan banyak sekali manusia. Seorang uskup Nashrani datang untuk mengkristenkan penguasa itu. Uskup itu mulai mencela Nabi SAW.
Di tempat itu ada seekor anjing yang diikat, anjing itu mulai menggonggong, dan memutuskan talinya, dan menyerang orang Nashrani tersebut. Maka orang-orang pun melindunginya dan mengeluarkan anjing itu, dan kembali mengikatnya.
Mereka mengatakan, “Anjing itu menyalak kepadamu, karena engkau mencela Muhammad.”
Dia mengatakan: “Tidak, itu hanyalah seekor anjing seperti anjing-anjing yang lain. Ia menyalak kepadaku dan kepada orang selainku.”
Kemudian mereka mengikat anjing itu lagi dan mengencangkan ikatannya. Kemudian Nashrani itu mengulangi mencela Rasulullah SAW.
Anjing itu menyalak lagi dan memutuskan talinya. Kemudian menuju ke arah orang Nashrani tadi dan menggigitnya pada bagian lehernya, sampai anjing itu membunuhnya.
Maka masuk Islamlah -sebagaimana dikatakan oleh al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani- empat puluh ribu orang Nashrani setelah peristiwa itu. []
SUMBER: SINDONEWS