KISAH Musa as. tersiar luas, semakin hari kian banyak pengikutnya. Orang-orang yang beriman kepada risalahnya terus menerus berada dalam bahaya, sebab Firaun dan pasukannya selalu mengancam mereka. Bersama Haman, perdana menterinya.
Firaun memutuskan untuk menangkap siapa saja yang beriman kepada dakwah Musa. Istananya menjadi saksi atas kepedihan orang-orang beriman yang disiksa, mereka mengerang hebat. Namun, tiada goyah keimanan hingga akhir hayat.
Siksaan tersebut menimpa seluruh kaum mukmin. Sebagian muslimin lainnya memilih lari, pergi sejauh mungkin dari pengawasan Firaun. Sementara itu, di istana Firaun, terdapat seorang wanita yang tugasnya menyisiri rambut anak perempuannya juga mendandaninya.
BACA JUGA: Manusia Ini Lebih Buruk daripada Fir’aun dan Iblis
Dia termasuk salah seorang yang beriman kepada Allah dan menyimbunyikan imannya di dalam hati.
Suatu ketika wanita itu tengah menyisiri rambut putri Firaun. Tiba-tiba sisir dalam genggamannya terjatuh. Saat hendak mengambil sisir itu dari lantai dia berucap, “Bismillah.”
Putri Firaun bertanya, “Apakah kamu tidak mempercayai ketuhanan ayahku?”
Dia menjawab, “Tidak. Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah.”
Alhasil, marahlah putri Firaun dan mengancam bahwa dia akan memberitahukan hal itu kepada ayahnya.
Tatkala mendengar berita itu, kemarahan langsung menyala di hati Firaun. Dia mengumumkan bahwa dirinya akan menyiksa wanita itu beserta seluruh keluarganya tanpa kecuali. Firaun memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan sebuah wadah besar yang terbuat dari tembaga lantas menyalakan api di dalamnya.
BACA JUGA: Ketika Fir’aun Ketahui Keimanan Asiyah
Bukan mengiba agar tak dihukum pedih sedemikian rupa, Masyithah hanya berucap, “Saya punya satu permintaan.” Firaun bertanya, “Apa permintaanmu?” Dia menjawab, “Saya ingin tulang belulangku dan tulang belulang anak-anakku dikumpulkan jadi satu, dibungkus dalam satu kain, dan kamu menguburkan kami dalam satu kuburan.”
Masuklah wanita itu ke dalam api bersama bayinya. Memohon kepada Allah agar berkenan menerima keislaman dirinya. Dia diuji dengan teror tetapi tidak takut. Dia diuji dengan siksa, namun tidak menjadi lemah. Wanita yang menyisir rambut putri Firaun itu mati bersama seluruh anaknya, sesudah mereka memperagakan keteladanan luar biasa dalam pengorbanan. []
Referensi: Ali bin Nayif asy-Syuhud. 2013. Keistimewaan 26 Muslimah Pilihan. Surakarta: AR RIJAL.
Redaktur: Nida Nur Fadillah