RAMADHAN telah di penghujung, sebentar lagi ia melangkah meninggalkan kita semua. Kehangatan bulan seribu bulan segera usai. Di masa yang akan datang, kita belum tentu berjumpa kembali. Meski sangat diingini.
Ramadhan bulan keberkahan. Waktu ketika pahala menggurita berlipat-lipat. Masa dimana Ibadah puasa hanyalah untuk Allah semata, khusus. Saking spesialnya, Allah tidak memberitahu kita ihwal pahala yang akan Dia anugerahkan. Puasa seorang anak adam, hanya untuk Allah saja.
BACA JUGA: Ini Pesan Imam Shamsi Ali di 10 Hari Terakhir Ramadhan
Namun sang bulan mulia, tak lama lagi akan pergi. Meninggalkan kita. Baik bagi orang-orang yang mengutamakannya, dan menjadikan amal ibadah sebagai titik inti kehidupan saat Ramadhan. Ataupun bagi orang yang acuh tak acuh. Menganggap Ramadhan sebagai rutinitas tahunan belaka, hingga tak berbekas dalam akhlak sepeninggalnya.
Di sepuluh hari terakhir, ada malam lailatul qadar. Malam seribu bulan. Malam yang lebih baik dari malam-malam lainnya. Pada salah satu malam itu, seseorang yang ikhlas bersungguh-sungguh beribadah dan mendekatkan diri kepada sang Pencipta, akan dikaruniai malam Lailatul Qadar. Tentunya hal tersebut dapat kita raih, ketika kita mengabaikan segala urusan perihal duniawi. Ya, semua urusan dunia yang remeh temeh.
BACA JUGA: Ramadhan Beranjak Pergi
Namun apakah kita seideal itu? Atau kita benar-benar yakin terhadap janji Allah, itu semua kembali kepada diri kita semua. Atau kita termasuk dari salah satu pribadi dalam gambar dengan inisial Hijau, Biru bahkan Kuning? Jadi, akhir Ramadhan Anda yang mana? Wallahu a’lam. []