AKHLAKLESS, istilah bagi seseorang yang tidak beradab atau tidak memiliki akhlak yang baik. Ini bisa juga disebut sebagai akhlak tercela. Karakter seperti itu seharusnya tidak ada dalam diri seorang muslim.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad)
Ini menunjukkan pentingnya karakter dalam Islam, sebab pengutusan Nabi begitu menekankan pada pembangunan karakter. Sayangnya, di kalangan Muslim saat ini karakter tidak dilihat sebagai ciri keimanan yang sangat penting.
Padahal, karakter atau dikenal dengan sebutan akhlak ini sangat penting. Allah telah menyampaikannya hampir di seluruh bagian Alquran. Quran surat Al Hujurat adalah salah satu bab yang tema sentralnya adalah tentang sifat-sifat karakter orang beriman dan perilaku mereka terhadap orang lain.
Oleh karena itu, sebagai muslim, kita diwajibkan membangun akhlakul karimah dan menghindari akhlakless yang dianggap tercela atau negatif.
BACA JUGA: Mengapa Akhlak Sangat Penting dalam Islam?
Nah, berikut akhlak tercela yang tidak boleh melekat pada diri seorang muslim sebagaimana disebutkan dalam quran surat Al Hujurat:
1 Akhlak tercela: Menyebarkan hoaks
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat: 6)
Saat ini di era informasi, sangat mudah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain tanpa verifikasi. Banyak informasi yang disampaikan adalah palsu.
Hal-hal bisa menjadi lebih buruk ketika informasi yang disebarkan tentang orang lain, menyebabkan keretakan dalam keluarga dan banyak rasa sakit dan terluka. Nabi Muhammad bersabda:
“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR Muslim)
Menceritakan apa pun yang kita dengar saja dianggap berbohong. Allah bahkan, telah melaknat para pendusta lebih dari 10 kali dalam Quran. Itu adalah sesuatu yang pasti kita harus jauhi.
2 Akhlak tercela: Mengejek atau menghina
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Hujurat: 11)
Ejekan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada zaman ini. Terutama di sosial media. Tidak jarang seseorang membully atau menyebarkan hate speech dan menyebar aib orang lain.
Allah dengan tegas melarangnya. Kita diminta untuk mengingat bahwa mungkin mereka yang kita ejek sebenarnya lebih baik dari kita. Allah juga memberitahu kita dalam ayat ini tentang bagaimana yang namanya tidak tahu malu itu celaka. Ini adalah pengingat untuk menggunakan bahasa yang baik juga. Lebih sering daripada tidak, ejekan melibatkan penggunaan bahasa kotor.
BACA JUGA: Berikut 11 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia
3 Akhlak tercela: Berprasangka buruk
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa ….”(QS Al Hujurat: 12)
Seringkali pikiran kita dipenuhi dengan kecurigaan. Allah berfirman bahwa beberapa jenis kecurigaan adalah dosa. Jelas, jika seseorang mendengar sesuatu atau melihat sesuatu dari seseorang yang terkenal menipu, maka tidak apa-apa untuk curiga. Tapi sering kali kita curiga pada semua orang. Syekh bin Baaz mengatakan tentang hal itu:
“Yang disyariatkan bagi seorang mukmin adalah menghormati saudaranya jika dia memberi alasan kepadanya, menerima permintaan maafnya jika memungkinkan, dan sebisa mungkin memikirkannya secara positif, berusaha untuk menjaga hati dari kebencian dan bertujuan untuk membawa kebaikan. kebersamaan dan gotong royong dalam berbuat kebaikan. Diriwayatkan dari ‘Umar bahwa dia berkata:
‘Jangan berpikir buruk tentang kata apa pun yang diucapkan oleh saudaramu ketika kamu dapat menemukan interpretasi yang baik untuk itu.’”
4 Akhlak tercela: Memfitnah dan menggunjing
“…. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujurat: 12)
Dan jangan saling memata-matai atau memfitnah. Apakah salah seorang di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Anda akan membencinya. Dan takutlah kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Qur’an 49:12 )
Menggunjing telah menjadi hal yang lumrah dewasa ini bahkan tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah! Namun Allah bahkan telah memperingatkan tentang betapa mengerikannya hal itu. Ini seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.
Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa menggunjing seseorang berarti memberi mereka bagian dari perbuatan baik kita dan mengambil bagian dari dosa-dosa mereka! Siapa yang mau melakukan sesuatu yang begitu jahat? Hadits lainnya menempatkan ghibah sebagai salah satu dari 7 dosa besar!
BACA JUGA: 7 Hadist Nabi tentang Kesombongan, Akhlak yang Tercela
5 Akhlak tercela: Merasa seolah-olah sudah menjadi muslim yang paling baik
“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS Al Hujurat: 17)
Kadang-kadang kita merasa seolah-olah kita sudah menjalankan agama dan menjadi muslim dengan sebaik-baiknya. Bahkan hingga terbangun sikap bahwa seolah-olah Islam akan lebih buruk jika kita tidak ada. Ini adalah sifat karakter yang sangat mengerikan.
Islam adalah anugerah Allah bagi kita, dan Dia bebas dari segala kebutuhan. Kita membutuhkan Islam, kita membutuhkan Allah, kita membutuhkan rahmat-Nya. Iman-Nya akan cukup tanpa kita, dan iman-Nya akan tetap selalu bersinar, meskipun tanpa kita. []
SUMBER: ABOUT ISLAM