KALAU biasanya ikhwan (laki-laki) yang ditolak oleh akhwat (wanita), tapi kisah kali ini sebaliknya. Akhwat yang ditolak oleh Ikhwan. Begitu spesialkah ikhwan tersebut sampai menolak seorang akhwat yang cantik dan kaya raya?
Bagaimana cerita sesungguhnya sampai terjadi demikian? Anda penasaran? Simak kisah berikut ini:
Saya berkesempatan mengisi kajian khusus muslimah majelis taklim “Nailul Maram” di masjid Al-Ikhwan, kota Balikpapan beberapa waktu lalu. Saat itu, tema kajiannya berjudul “Membentuk Generasi Idaman”. Di kajian tersebut saya sampaikan bahwa di antara kiat untuk mendapatkan keturunan yang shalih dan shalihat, dengan cara memilih calon pendamping hidup (istri/suami) yang shalih atau shalihah. Dan waktu itu saya wanti-wanti kepada jamaah, kalau misalnya ada seorang ikhwan (laki-laki) yang baik agama dan akhlaknya datang untuk melamar purtri ibu, jangan sampai ditolak. Khawatir nanti gantinya justru lebih buruk dari yang sebelumnya.
BACA JUGA: Sujud Muslimah Saat Shalat
Lalu saya sampaikan sebuah hadits:
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
“Apabila ada seorang yang agama dan akhlaknya telah kalian ridhai (maksudnya : baik agama dan akhlaknya) datang kepada kalian, maka hendaknya kalian nikahnya dia (dengan putri anda). Jika tidak kalian lakukan, (dikhawatirkan) akan terjadi fitnah di atas muka bumi dan kerusakan yang merata.” [HR. Ibnu Majah].
Setelah masuk sesi tanya jawab, ada satu pertanyaan lewat secarik kertas yang menanyakan berkaitan dengan hadits di atas. Karena soalnya kurang begitu jelas, maka penanya yang seorang ibu minta ijin untuk bisa berkonsultasi khusus dengan saya setelah kajian. Karena penting, akhirnya saya iyakan.
Ibu tersebut menceritakan bahwa anak gadisnya ‘jatuh hati’ dengan seorang ikhwan. Setelah akhwatnya kirim foto sebagai muqadimah perkenalan, ternyata ikhwannya juga cocok. Namun selang beberapa waktu, ternyata dari pihak ikhwannya menolak untuk melanjutkan proses. Keluarga akhwat sangat sedih dan terpukul dengan kejadian itu. Karena disamping anak gadisnya sudah kadung cocok, ikhwannya dikenal baik agama dan santun akhlaknya. Sang ibu minta arahan kepada saya, sebaiknya gimana ? atau langkah apa yang harus ditempuh ?
Saya coba bertanya kepada sang ibu, kenapa pihak laki-laki menolak? Beliau menjawab bahwa sebenarnya ikhwannya tidak menolak, tapi bapaknya yang menolak. Alasannya, tidak sekufu’ (tidak setara). Yang ikhwan dari keluarga miskin, sedangkan akhwatnya dari keluarga yang kaya raya. Khawatir nanti akhwatnya tidak siap hidup bersama calon suaminya. Dan perlu untuk diketahui, bahwa akhawatnya ini selain anak orang kaya raya di Balikpapan, dia sendiri juga kaya karena bekerja di suatu perusahaan besar dan berparas cantik!
Akhirnya saya coba mengarahkan agar ibu tersebut untuk melakukan pendekatan lagi kepada keluarga ikhwan, serta menyakinkan kepada mereka bahwa perbedaan status ekonomi tidak masalah. Akhwat dan keluarganya siap untuk menerima ikhwannya dengan tulus. Bahkan akhwatnya siap untuk keluar dari pekerjaannya. Dan saya do’akan semoga keduanya berjodoh dan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah, (walaupun menurut jumhur ulama, memang sebaiknya pernikahan itu sekufu’ bahkan ada yang mewajibkan).
BACA JUGA: Tujuh Ayat Ini Nyatakan soal Perlindungan bagi Muslimah dalam Pernikahan
Setelah pulang ke markas Madina di BDS, saya ceritakan hal itu kepada anggota team yang menyertai saya. Mendengar cerita saya, salah satu dari mereka nyletuk :
“Ustadz, kenapa tawaran-tawaran dari gadis yang kayak gini tidak ditawarkan kepada kita, ya? Dan kenapa berbagai tawaran spesial seperti ini ada bahkan banyak setelah kita menikah, ya? Coba kalau kita belum menikah?” Mungkin sudah kita bungkus!”
Saya hanya tersenyum sambil menimpali:
“Antum itu ngomong apa sih!” Bilang saja kalau pengin nikah lagi. Gitu aja muter-muter.”😃
Facebook: Abdullah Al-Jirani