PALESTINA—Departemen Pertanian Gaza dilaporkan telah memperingatkan bahaya krisis pangan di Jalur Gaza akibat blokade Israel, PIC melaporkan pada Senin (7/8/2017).
“Menurunnya kemampuan daya beli dan pemasukan individu serta banyaknya pengangguran akibat blokade Gaza oleh Israel selama beberapa tahun, telah menyebabkan merosotnya keamanan pangan di Jalur Gaza hingga 70%,” ungkap Direktur Perencanaan dan Kebijakan Departemen Pertanian Jalur Gaza, Nabil Abu Syamala.
Abu Syamala menjelaskan bahwa informasi ini nampak jelas dalam laporan-laporan yang diterbitkan oleh organisasi-organisasi internasional seputar krisis pangan yang merosot di Jalur Gaza.
Padahal, Abu Syamala menegaskan bahwa Departemen Pertanian telah berhasil mencapai swasembada pangan untuk produk industri. Harga juga bisa diterima dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang mengalami kenaikan harga sangat tinggi, melalui pemantauan lapangan dan mencegah cara-cara monopoli serta membuka kesempatan kepada seluruh pengusaha untuk mengimpor barang dan dagangan.
Selain melakukan pemantauan pergerakan jual beli dan penyediaan produk di dalam pasang serta penetapan harga secara seimbang, Departemen Pertanian di Gaza juga mencegah impor barang dan dagangan yang sudah tersedia cukup di Jalur Gaza, dan diperbolehkan mengimpor yang lainya untuk mewujudkan swasembada.
Pejabat Palestina ini menyinggung pembatasan dan hambatan yang diberlakukan Israel atas pergerakan impor dan ekspor, guna mencegah swasembada di Jalur Gaza. Departemen Pertanian di Jalur Gaza saat ini bekerja di tengah-tengah kondisi yang sangat rumit.
Krisis listrik yang terjadi telah mengakibatkan kerugian luar biasa pada para petani, karena mereka tidak bisa menyediakan air untuk mengairi lahan-lahan pertanian mereka. []