KESEDIHAN menyelimuti Muslim Gaza jelang memasuki bulan suci Ramadhan di tengah pandemi Covid-19. Meskipun pita hias warna-warni menghiasi jalan-jalan dan etalase di Gaza menyambut Ramadhan, namun kegembiraan dan suka cita yang sesungguhnya untuk menyambut kedatangan Ramadhan benar-benar tidak ada. Hal ini karena penutupan masjid, yang merupakan hal utama yang menggambarkan suasana kegembiraan dan suka cita di bulan Ramadhan.
Pada Senin (20/4/2020), Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina telah mengumumkan bahwa masjid-masjid di Jalur Gaza akan terus ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, dalam konteks langkah-langkah administrasi pencegahan terhadap penyebaran virus Corona.
BACA JUGA: Begini Upaya Gaza Bersiap Sambut Ramadhan di Tengah Pandemi Corona
Pasar sepi
“Semua dekorasi, lentera, dan penerangan yang Anda lihat, adalah simpati bagi diri kami sendiri untuk meyakinkan kami bahwa Ramadhan telah datang. Akan tetapi pergerakan pasar adalah nol,” kata penjual kurma dan jamu, Abdullah Murtaja.
Toko Abdullah Murtaja ada di tengah pasa al-Zawiya. Tampak menarik perhatian orang yang lewat yang jumlahnya sedikit di pasar karena kekhawatiran tentang penyebaran virus Corona.
“Sejujurnya, orang-orang sangat takut pada Corona, dan apa yang kami perkirakan adalah kami tidak bisa menyambut Ramadhan,” ujar Murtaja.
Murtaja menyatakan bahwa keuntungannya berlipat ganda dalam musim seperti ini setiap tahun meskipun ada blokade terhadap Jalur Gaza. Tetapi karena Corona, keuntungannya turun menjadi kurang dari setengahnya.
“Alhamdulillah, blokade berdampak pada kami, tetapi yang membuat kami terdampak adalah Corona,” tambahnya.
Penurunan pergerakan pembelian di Jalur Gaza disebabkan oleh ribuan pekerja yang menganggur dari pekerjaan mereka akibat situasi darurat di Jalur Gaza, karena takut penyebaran wabah virus Corona.
Penjual sayuran, Mohamed Kahil, tampak sangat terganggu oleh menurunnya pergerakan pembelian, meskipun sayuran adalah kebutuhan pokok.
“Terus-terang, korona telah mempengaruhi kami dengan sangat signifikan. Musim ini jelas ada penurunan signifikan dalam pergerakan pembelian dan penjualan. Kami akan mengalami kerugian besar karena biaya sewa dan kewajiban lainnya serta utang yang kami tanggung,” kata Kahil.
Pasar Al-Zawiya dianggap sebagai salah satu pasar paling vital di Jalur Gaza. Akan tetapi kecemasan warga telah sangat menentukan situasi di Jalur Gaza.
Air mata dan masjid
Hiasan yang memenuhi pasar kuno Al-Zawiya, yang ada di sebelah timur Kota Gaza, tidak bisa menolong air mata Ummu Fuad, seorang nenek berusia 70-an tahun, yang tumpah ke pipinya yang keriput ketika dia melihat kunci besar menggembok penutupan pintu utama masjid Al-Omari yang berada di tengah-tengah pasar al-Zawiya.
BACA JUGA: Gaza Produksi Masker untuk Pasar Eropa
“Tidak ada makanan dan cemilan untuk Ramadhan, sementara masjid-masjid ditutup,” kata wanita tua itu dengan nada sedih.
Lantas dia mengangkat kedua matanya ke langit dan bermunajat, “Ya Allah, angkatlah wabah dan musibah ini dari kami. Bukalah masjid-masjid ini sebelum Ramadhan.”
Para pejabat kementerian wakaf di Jalur Gaza kini masih membahas apakah akan membuka masjid atau tidak selama bulan suci Ramadhan, yang diperkirakan awal Ramadhan akan terjadi pada hari Jumat.
Meskipun Kementerian Kesehatan berupaya mengendalikan pencegahan wabah virus di Jalur Gaza, akan tetapi ancaman dan risiko itu masih ada. Kementerian menyerukan kepada warga untuk mematuhi langkah-langkah keselamatan dan pencegahan. []
SUMBER: PALINFO