AL-IMAM Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
فالمعاصي نار النعم، تأكلها كما تأكل النار الحطب.
“Kemaksiatan ibarat api di hadapan kenikmatan, kemaksiatan akan melahap kenikmatan sebagaimana api melahap kayu bakar.”
Thariqul Hijratain, hlm. 542
PENJELASAN :
1. Melakukan maksiat itu walaupun hadir kenikmatan tetapi akan mengakibatkan kegelisahan di dalam hati; sedangkan melakukan keta’atan walaupun berat akan mengakibatkan kebahagiaan di dalamnya.
BACA JUGA:Cukupkah Seorang Muslim Meninggalkan Maksiat Tanpa Melakukan Kebaikan?
2. Maksiat itu mengharamkan masuknya ilmu ke dalam hati. Karena, ilmu itu cahaya yang Allah masukkan ke hati hamba-Nya, dan maksiat memadamkannya. Karenanya ketika Imam Malik melihat kecerdasan Imam Syafi’i lalu ia berkata, “Sesungguhnya aku melihat Allah telah memberikan cahaya di hatimu, maka jangan padamkan dengan maksiat.”
Syafii berkata, “Aku mengadu kepada guruku Waki’tentang buruknya hafalanku, maka ia memintaku untuk meninggalkan maksiat dan ia berkata, ‘Karena ilmu itu karunia, dan karunia Allah tidak diberikan kepada yang melakukan maksiat.”
3. Maksiat itu mempersulit datangnya rizqi. Di dalam musnad dikatakan “ إن العبد ليحرم الرزق بالذنب يصيبه “ Sesungguhnya seseorang diharamkan rizqi untuknya karena dosa yang ia lakukan. Adapun jika seseorang lancar rizqinya padahal ia suka melakukan maksiat maka itu adalah istidraj. Allah mengulur rizqinya agar ia semakin jauh dari-Nya.
3. Maksiat akan berdampak buruknya prilaku istri dan hewan tungangan/ kendaraan; para salaf berkata, “إنى لاعصى الله فأعرف ذلك فى خلق دابتى وامرأتى “Sesungguhnya saya bermaksiat kepada Allah, lalu aku mendapat buruknya prilaku hewan tungganganku dan istriku.”
4. Maksiat akan mempersulit urusan seorang hamba; Allah berfirman, “Siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Ia akan membuatkan urusannya menjadi mudah.” (QS. Ath Thalaq : 4)
5. Maksiat melemahkan hati dan badan untuk melakukan kebaikan. Ulama berkata, “Berapa banyak pandangan yang liar menghalangi seseorang untuk membaca Al Quran”; dan Said bin Musayyib berkata, “Tidaklah seseorang meninggalkan shalat berjama’ah kecuali karena dosa yang ia lakukan.”
6. Maksiat itu memperpendek usia dan menghilangkan keberkahannya. Usia itu layak disebut umur, sejauh mana kita bisa memakmurkannya dengan melakukan banyak kebajikan.
BACA JUGA: 5 Syarat Berbuat Maksiat
7. Maksiat itu menggelapkan wajah sehingga ia tidak enak dilihat walau ia memilki paras yang cantik dan tampan; dan keta’atan itu menghadirkan cahaya di wajah sehingga ia sejuk dilihat, walau ia memilki wajah yang biasa saja.
8. Ibnu Abbas berkata, “Kebaikan itu menghadirkan cahaya di wajah dan hati, kelapangan dalam rizqi, kekuatan di badan dan mendapatkan cinta di hati manusia; sedangkan maksiat itu menggelapkan wajah dan hati, melemahkan badan, mengurangi rizqi dan benci di hati manusia.”
9. Maksiat menghinakan seseorang, karena kemuliaan hanya datang dengan keta’atan; Allahberfirman, “Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan, maka semua kemuliaan hanya milik Allah.” (QS Fathir : 10)
10. Diantara doa salafus shalih adalah “ اللهم أعزنى بطاعتك ولاتذلنى بمعصيتك “ Ya Allah muliakan aku dengan menta’atimu dan jangan hinakan aku bermaksiat kepada-Mu.” []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari