SESUNGGUHNYA batu penghalang bagi jin dan manusia untuk tunduk dan patuh pada perintah Allah adalah hawa nafsu. Iblis pemuka masyarakat jin, menolak printah Allah untuk sujud kepada Adam AS karena terhalang hawa nafsunya.
Bani Israil atau kaum yahudi melakukan kemungkaran dengan mengamandemen isi taurat adalah juga karena hawa nafsu. Ayat-ayat yang dirasa sesuai dibiarkan, sedangkan ayat-ayat yang bertentangan dengan hawa nafsunya dihapus.
baca juga: Kata-kata Renungan tentang Hawa Nafsu
Hal serupa juga dilakukan oleh umat Nasrani. Para pendeta Nasrani ikut mengamandemen Injil agar sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Bagaimana dengan Alquran, apakah ada orang yang berkeinginan merubahnya?
Tentu saja banyak. Mereka terdiri atas orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani, serta kalangan Muslim sendiri yang telah terjangkit penyakit fasiq. Orang fasiq menerima sebagian isi Alquran yang tidak bertentangan dengan hawa nafsunya dan menolak isi yang bertentangan dengan hawa nafsunya.
Namun sesuai jaminan Allah yang terdapat dalam QS. Al-An’am ayat 115, “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Alquran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”.
BACA JUGA: Apakah Nafsu Itu Selalu Buruk?
Karena sadar mereka tidak mampu mengubah redaksi Alquran secara langsung, mereka menempuh cara lain yaitu dengan menolak implementasi ayat-ayat yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Kemudian mereka menggantinya dengan aturan-aturan yang cocok dengan seleranya.
Bagi seorang Muslim yang hanif, Alquran adalah standar kebenaran dari Allah yang menjadi panduan dan tolok ukur untuk menilai kebenaran produk pemikiran seseorang. Jika hasil pemikiran itu sesuai dengan Alquran maka dapat diterima. Namun sebaliknya jika bertolak belakang maka harus tegas menolaknya. []
SUMBER: MAJALAH HIDAYATULLAH