PALESTINA— Ribuan orang dilaporkan telah berkumpul di Ramallah di Tepi Barat pada Kamis (2/11/2017). Mereka bergabung untuk melakukan pawai ke pusat kebudayaan Inggris di kota itu guna menolak deklarasi Balfour yang menjadi ‘pintu masuk’ Israel menjajah Palestina.
“Di sini di Ramallah, bagi orang-orang Palestina, deklarasi tersebut dipandang sebagai sebuah momen seratus tahun dimulainya disposisi, pengusiran, dan pendudukan,” ujar seorang wartawan Al-Jazeera.
Sedangkan puluhan orang lainnya melakukan aksi protes terpisah di luar kantor konsulat Inggris di Jerusalem Timur yang diduduki Israel.
Ribuan kilometer dari Ramallah, tepatnya di Kota Pretoria, Afrika Selatan, ratusan orang berkumpul di luar Kedutaan Besar Israel di sana untuk memprotes pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Massa menyatakan serangan yang menargetkan Jalur Gaza tidak boleh lagi terjadi.
“Enyahkan Israel apartheid, enyahkan,” teriak massa.
Julius Malema, ketua Partai Pejuang Kebebasan Ekonomi (EFF), menyerukan massa untuk selalu memerhatikan nasib orang-orang Palestina.
“Kami meminta semua orang Afrika Selatan untuk berhenti berbisnis dengan Israel dan berhenti mengunjungi Israel. Sebaliknya kita harus mendukung orang-orang Palestina yang berdiri bersama kita,” kata Malema dengan sorakan keras.
Jalan-jalan di sekitar kedutaan ditutup, dan polisi menutup pintu masuk gedung.
Banyak orang Afrika Selatan memandang pendudukan Israel di wilayah Palestina dan kebijakan yang diterapkan di sana mirip dengan apartheid, sebuah era pemisahan dan diskriminasi rasial yang dilembagakan di negara mereka oleh minoritas kulit putih sampai tahun 1991.
Selain di Afsel, di Ankara, ibu kota Turki, puluhan anggota Asosiasi Pemuda Anatolia juga menandai seratus tahun Deklarasi Balfour dengan slogan dan plakat.
Di Universitas Sakarya di Turki barat laut, Yayasan Bantuan Kemanusiaan memimpin massa pemrotes, termasuk mahasiswa Palestina Zaid Maher, dalam sebuah demonstrasi mengutuk Deklarasi Balfour. []