Oleh: Trisnawati
Anggota Komunitas Revowriter
Aku lahir di keluarga muslim dan tinggal di negara dengan mayoritas beragama muslim yaitu Indonesia. Aku dan Islam terkait sejak Aku dilahirkan. Karena begitu Aku muncul ke dunia maka kalimatullah langsung diperdengarkan di telingaku. Sebagai mana sabda Rasulullah Saw.
Dari Ibnu Abbas ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ajarkanlah kalimat ‘Laa ilaaha Illallahu’ kepada anak-anakmu sebagai kalimat pertama yang mereka dengar.” (HR. Al-hakim).
Dan ketika memasuki usia baligh Aku mulai menjalankan Islam. Dengan menjadikan sholat sebagai tanda Aku adalah muslim. Namun karena bukan dari keluarga yang memiliki ilmu agama yang lebih dan aku juga tidak pernah di sekolahkan di sekolah yang lebih bernuansa islam hanya di sekolah umum sehingga Aku pun hanya mengenal Islam dari ajarannya tentang sholat, puasa, zakat, naik haji dan ilmu fiqh yang diajarkan disekolah seperti thoharah dan bersuci.
BACA JUGA: Hijrah dari Anak Punk Menjadi Muslimah Berhijab, Inilah Kisah Viral Iskarandy
Aku merasa Islamku biasa saja. Sama seperti orang Islam kebanyakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan usia yang mulai terus bertambah. Aku melihat suatu hal yang berbeda antara diriku dan orang lain yang juga beragama Islam. Aku melihatnya menutup auratnya dengan sempurna bahkan menggunakan kaos kaki. Yang ku tau yang penting aurat tidak terlihat masalah pakaian yang digunakan tidak pernah ku ketahui seperti apa Islam mengaturnya. Apakah islam mengatur cara berpakaian? mencoba memutar otak namun tak berani bertanya dengan yang bersangkutan mengapa ia memapai pakain demikian.
Ia orang yang ramah namun dalam ramahnya ia begitu angun. Tak pernah terlihat ia bercanda gurau dengan lawan jenisnya apa lagi duduk berdua. Berbeda dengan ku yang juga Islam. Aku bahkan pacaran dan senang bersenda gurau dengan lawan jenisku karena menurutku lebih menyenangkan. Namun dalam bahagiaku, aku seakan melakukan kesalahan yang membuatku gelisah dan seperti ada yang memperhatikanku. Aku tak bahagia walau punya pacar sebagai penenang jiwa namun hatiku gelisah. Apakah Sang pencipta juga mengatur bagaimana seharusnya Aku berinteraksi dengan lawan jenis ku?
Aku pernah membaca tentang kisah Bilal bin Rabbah. Ia Islam namun mengapa begitu berat Ia harus mempertahankan keislamnya hingga harus di siksa dengan majikannya. Mengapa Aku dan Islamku biasa saja?
Aku juga pernah mendengar kisah mush’ab bin umair yang ia lebih memilih islam dibandingkan kehidupan yang mewah dan serba berkecukupan serta di sukai banyak wanita. Hingga ia disiksa dan di usir dari rumahnya yang dulu begitu menyayanginya. Ia dan Islamnya begitu istimewa.
Ada apa dengan islamku. Mengapa aku merasa bisa saja. Benarkah Aku telah mengenal islam yang sesungguhnya?
BACA JUGA: Siapa Sosok Inspirasimu dalam Berhijrah?
Aku butuh jawaban. Hingga akhirnya Aku pun mengakhiri rasa penasaranku dengan bertanya dan mengikut kajian-kajian islam yang mengupas ayat-ayat Al-quran. Dan yang ku dapat hari itu adalah tentangan menjadi muslimah sejati. Sebagai seorang Muslimah konsekkuensi dari sebuah keimanan adalah tunduk dan taat pada aturannya. Karena islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kedupan dan oslam adalah agama yang paling sempurna.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُلَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
Kesempurnaan islam adalah nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya sehingga tidak membutuhkan agama yang lainnya kecuali hanya berpegang teguh kepadanya. Termasuk dalam hal menutup aurat bagi muslimah adalah salah satu aturan yang terdapat didalam al-qur’an yang mengharuskan (wajib) bagi seorang muslimah untuk mengenakannya ketika keluar rumah.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan pula kepada kita dalam Al-Qur-an tentang kewajiban wanita muslimah untuk memakai jilbab (busana muslimah) yang sesuai dengan syari’at.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzaab: 59]
Dan firman Allah SWT tentang kerudung untuk menutupi kepala
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita” (Qs. An Nur: 31)
Saat itulah Aku tahu setelah 17 tahun Aku beragama Islam, bahwa Islam mengatur bagaimana seorang wanita berpakaian. Sedih rasanya Aku Islam tapi aku tak tau menahu tentang syariatNya.
Sejak saat itu Aku memutuskan untuk memakai pakaian muslimah secara benar. Dan saat itu pula Aku mulai di uji. Ujianku tentang pakaian taat ini. Ketika kampus yang ku masuki mengharuskan bagi mahasiswanya mengenakan celana pada saat perkuliahan kala itu. Sontak saja Aku mulai gelisah bagaimana caranya agar Aku tetap kuliah namun tetap memakai pakaian taat. Karena aku pernah mendengar kakak seniorku dikampus memilih menanggalkan jilbabnya demi tetap kuliah. Aku tak ingin menyerah begitu saja. Aku mencoba menjumpai Ketua Kampus tersebut sembari bersilahturrahmi kerumah beliau dan doa yang tiada henti ku panjatkan agar pakaian ini tetap bisa ku pertahankan.
Semua hujjahku berjalan lancar. Beliau pun menunda keputusannya besok saat pengukuran baju bagi mahasiswanya. Aku masih harap-harap cemas. Esoknya ketika namaku dipanggil untuk di ukur baju yang akan kami pakai untuk kuliah, disaat itu juga hp sang pengukur baju berbunyi. Tak tahu apa yang mereka bicarakan. Selesai menerima panggilan dari hp nya. Aku pun maju untuk diukur. dan aku memintanya untuk menjahitkan pakaian dalam bentuk gamis dan diluar dugaan akhirnya pengukur baju itu setuju.
Betapa bahagianya hati hanya karena bajuku akhirnya bisa ku pakai dikampua dan tidak pakai celana panjang seperti mahasiswi lainnya. Bukan hanya itu namun kebahagian yang didapat ketika ridho Allah yang ingin diraih. saat itulah Aku tahu arti bahagia dengan Islamku
Betapa Aku ingin mengenalmu lebih dalam agar Aku semakin dekat dengan Sang Penciptaku. []