MALAM itu aku pulang kerja seperti biasanya. Aku biasa pulang dengan jalan kaki, karena memang tempat kerjaku tidak jauh dengan kos-an ku. Namun, malam itu ada yang membuat aku termenung. Ya, malam itu aku melihat seorang kakek tua penjual pisang, tubuh rentanya memanggul keranjang yang berisi pisang dagangannya, entah apakah pisang itu telah habis terjual ataukah belum.
Hatiku sakit , ketika harus membayangkan usia kakek tua itu yang masih tetap bekerja hingga larut malam untuk menghidupi keluarganya. Saat itu, terlihat jelas kelelahan di wajah tuanya. Ia mungkin berjalan kaki dari pagi hingga malam untuk menjajakan dagangannya. Harusnya seusia itu, dia tetap berada di rumah dan tidak perlu harus bekerja keras.
Ada butiran air yang jatuh dari mataku, aku sedih. Aku sedih karena semangat kakek tua dalam mencari rezeki mengalahkan semangatku yang masih muda. Tak jarang, aku sering mengeluh karena kepenatanku saat bekerja hingga larut malam. Namun, ketika membandingkan tubuh diriku yang masih muda dibandingkan dengan kakek tua itu yang sudah renta tapi harus bekerja sampai malam, aku jadi malu karenanya.
Aku yang masih muda harusnya memiliki semangat juang mencari rezeki seperti kakek tua itu. Sebab, banyak anak muda di luar sana yang asyik bermanja-manja ria menghabiskan uang orangtuanya tanpa mau berusaha, tapi kakek tua ini walaupun usia senja mulai menggerogotinya tapi semangat juangnya melebihi kaum muda. Ah, semangatku harus seperti kakek tua itu.
“Aku harus semangat bekerja mencari rezeki-Nya di muka bumi ini,” batinku menguatkan diri. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word