قل هو من عندي انفسكم
AKU tersentak hebat kala indra penglihatanku tersampai pada tadabbur potongan ayat:
قل هو من عندي انفسكم.
Ayat ini sungguh-sungguh sukses menohok jiwaku yang telah berusia 40 tahun. Terdampar dalam tadabbur keimanan yang diraitkan Allah pada penggalan ayat cinta-Nya itu. Apalagi ini jelang persalinan anak ketujuhku yang penuh dengan perjuangan setelah diuji dengan sakit.
BACA JUGA: Dalam Sehari, Malaikat Maut Kunjungi Manusia Sebanyak 7 Kali
Aku sungguh merasakan sentakkan hebat pada potongan kata cinta Allah tersebut. Sebab ayat ini berada di QS Ali Imron yaitu pada pembahasan perang uhud. Dan ia berada dalam pembahasan para pejuang kebenaran. Mereka sangat terkejut saat Rosul mengalami luka parah dan para sahabat banyak yang terbunuh sebagaimana Allah gambarkan dalam QS Ali Imron ayat 165.
“Dan mengapa kamu heran ketika ditimpa musibah kekalahan pada perang uhud. Padahal kamu telah menimpakan musibah kepada musuh-musuhmu di perang badar. ‘Kamu berkata, darimana datangnya kekalahan ini?’ Katakanlah, itu dari kesalahan dirimu sendiri. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Di Balik Hikmah Allah Menuntunku ke Bumi Turki
Aku termenung saat Allah menakdirkan diriku harus berada di Istanbul. Turki-tempat sejarah besar Islam terjadi; pembebasan Konstantinopel. Pengorbanan menggetarkan Abu Ayyub yang hingga hari tuanya tak ingin lepas dari masiroh jihad. Masya Allah.
Di sini aku bertemu dengan para muslimah dari Mesir, Suriah, dan Libia. Berbincang dan menyimak langsung curahan hati mereka. Menyimak dengan hati yang kian merembes luka setiap penggalan kisah yang mereka isakkan tepat di depan mataku. Tak sanggup kuelak hatiku yang sesak menghujam, turut merasakan kedzoliman yang harus dihadapi para saudari seimanku di negeri asal mereka. Betapa ternyata, di balik hikmah ketika Allah menakdirkan diriku berada di kota Istanbul ini, semakin nyata Allah memperlihatkan buah akibat dari dosa-dosa pribadiku. Ya, Allah sedang menunjukkan dengan bukti yang teramat nyata akibat dari dosa-dosa diriku. Betapa detik ini pula aku teramat menyadari, bahwasanya kepiluan dan penderitaan yang dialami saudari-saudariku ini adalah akibat dari perpecahan barisan ummat islam.
Aku melihat dengan nyata pada potongan ayat قل هو من عندي انفسكم ini, bahwasanya dosa-dosa yang tak sungguh-sungguh kutaubatkanlah menjadi penyebab musibah umat ini. Maafkan diriku ya Robb… yang tak sunggguh-sungguh bertaubat nasuha. Aku tahu dari tulisan seorang ulama bahwa dosa-dosa pribadi yang tak sungguh-sungguh ditaubatkan akan berubah menjadi dosa yang adzabnya akan menimpa semua orang, baik yang ikut berdosa hingga orang baik sekalipun.
Dan di antara penampakan akibat yang paling nyata adalah jika perpecahan ummat, golongan, jamaah kamu rasakan secara nyata, itu adalah bagian dari dosa yang tak sungguh-sungguh kau taubatkan.
وما اصابكم من مصيبة فبما كسبت ايديكم و يعفوا عن كثير QS As Syuro ayat 3.0
Lihatlah letak ayat ini di Surah Asy Syuaro. Surah yang menjadi ciri orang yang bersama dalam barisan jamaah kebaikan yaitu و امرهم شوري بينهم . Dan aku pula terkejut luar biasa kala kusimak pendapat seorang ulama….
Sangat mengherankan banyak kaum muslimin hari ini berpendapat bahwa penyebab perpecahan hari ini karena banyaknya manusia yang memperebutkan jabatan, materi, pengaruh, atau perbedaan pendapat politik. Hal ini adalah pemahaman yang sangat dangkal dan akibat lemahnya keimanan serta lalainya dari mentadabburi Al Qur’an dengan ikhlas. Tidakkah ummat ini menyadari bahwa penyebab utama kekisruhan adalah sebab syari’at yaitu dosa dan kemaksiatan.
Lihatlah Allah bicara tentang hal ini:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat kami. Maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Maka apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah lenyap penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki pasti kami siksa mereka karena dosa-dosanya dan Kami mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar pelajaran” (QS Al Arof : 96-100).
BACA JUGA: Taubat Pedagang dan Politisi
Ya Allah mudahkan kami untuk bertaubat nasuha. Jadikan hati-hati kami senantiasa berhimpun dalam kebaikan dan kafilah orang-orang yang selalu bertaubat.
Kami menyadari bahwa musibah-musibah yang dialami ummat ini adalah akibat dosa-dosa kami sendiri, yang lalai dari pertaubatan kami, yang tak sungguh-sungguh kami mohonkan ampunan, yang tak sepenuh hati kami sesali dengan sepenuh ketakutan akan adzab-Mu yang tak mungkin kami pungkiri.
Ampuni kami Ya Allah, kami yang abai dengan perintah-Mu dan Rasul-Mu. Kami yang abai dengan peringatan-peringatan-Mu. []
Sebuah catatan dini hari:
Istanbul-9 Muharram 1440H
(dari Dzaiqotul Maut-faqir Ilallah yang akan merasakan dahsyatnya sakaratul maut)
Valide Yumahatun.