“BAYIKU sakit, tiap malam aku begadang, suamiku asyik ngorok, huh aku cape sendiri, sebel,” ujarnya.
“Anakku gak nurut banget, apa-apa ngelawan, aku cape ngomong ke dia,” tukas yang lainnya.
“Ah, aku lelah, anakku gak bisa diem, rumah berantakan terus, kerjaan rumah gak beres-beres, suami gak ngerti-ngerti, minta dilayani itu ini, pokoknya aku lelah,” seru seorang ibu.
Hmm, ‘Aku lelah jadi ibu’. Kalimat yang tak seharusnya dipikirkan, dituliskan maupun dikatakan. Mengapa? Karena jadi seorang ibu adalah pilihan. Sebelum menikah harusnya sudah siap dengan segala resiko jadi istri juga jadi ibu.
Jadi ibu itu ya repot. Harus repot. Anak masih bayi, repot. Tumbuh besar juga repot. Kecuali punya ilmu jadi ibu, semua kerepotan itu bisa diatasi dan dinikmati.
Jika seorang ibu bekerja, bicara aku lelah, dia bisa minta resign ke bosnya. Jika seorang ibu bicara lelah jadi ibu, artinya dia berdo’a, “Ya Allah pensiunkan saja hamba jadi ibu.” Minta pensiun jadi ibu, kalau malaikat maut menjemput ibu atau menjemput anak.
Setiap pekerjaan pasti melelahkan. Jadi ibu adalah pekerjaan yang teramat mulia. Sehingga Surga ada di telapak kaki ibu. Jejak ibu begitu bermakna untuk hidup anaknya sehingga diberikan surga jaminannya.
Jika ibu lelah, apalagi menyerah, apa yang terjadi dengan jejak yang akan ibu tinggalkan pada bayinya atau anak-anaknya. Ibu yang heboh dengan lelahnya, artinya belum selesai dengan dirinya.
Ibu yang belum selesai dengan dirinya sendiri, akan berat menyelesaikan tugas melakukan pendampingan bermutu pada buah hati.
Jika terasa lelah, bicara dengan suami, selesaikan masalah dengan bicara, temukan solusi segera. Anak-anak butuh ibunya.
Jika lelah, segera bangkit berwudlu dan shalatlah. Jika lelah, bersabarlah. Ibu adalah karier tertinggi yang sudah kita pilih. Jalani penuh kesabaran, tawakal kepada Allah.
Ibu, jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu. Bangkit, berpikir positif, tersenyumlah, lelah ini akan berbuah manis dikemudian hari, jika kita lalui dengan ilmu dan senang hati. []