“KITA harus berjuang sampai Allah menurunkan kecintaan pada Palestina,” (Khalid Misyal).
Lagi, ini pertemuanku untuk kesekian kalinya dengan Ustazah Nurjannah Hulwani. Selalu ada jejak yang membekas di setiap pertemuan dengannya.
Dia tidak mengenal siapa aku. Aku hanya butiran debu, nyaris tak terlihat. Satu saja yang ada di benakku saat itu. Hanya ingin mendengar, menulis, dan menyebarkan kabar saudara muslim di Palestina. Saudaraku di sekitar Alquds yang telah menjual harta dan jiwanya untuk ditukar dengan surga. Kerinduan itu yang terus memanggil, membuat jariku ingin terus mengabadikan kisah hidup mereka.
“Keberanian dan keimanan pemuda Palestina merupakan tolak ukur keberanian dan keimanan kita,” ujar Ustazah Nurjannah Hulwani.
Kondisi di Palestina semakin memanas. Israel semakin brutal merusak Alaqsa. Mereka melemparkan granat, menembak gas air mata dan peluru karet. Menginjak-injak Masjid Alaqsa dengan sepatu mereka yang kotor. Muslim Palestina dilarang shalat di Alaqsa, mereka tidak ragu menyerang orang yang sedang beribadah.
“Menurut Yusuf Qaradhawi masalah umat yang terbesar saat ini adalah membantu Alaqsa,” jelas Ustazah Nurjannah Hulwani.
Alaqsa simbol kejayaan Islam, kiblat pertama umat ini.
Para murabitun dan murabitin hingga saat ini terus berjaga di Alaqsa, bergantian tanpa henti. Tanpa lelah.
“Palestina dikepung berbagai keteladanan mereka punya ruh yang sama. Presidennya, gurunya, teman-temannya, orang yang shaleh.”
Izinkan aku untuk mengingat pesan mereka.
Alqur’an sebaik-baik senjata yang kita punya. []