Oleh: Umar Makka, LC, M.Pd.I
Sekjen Spirit of Aqsa
HARI INI, sebagian besar tanah Palestina telah dikuasai penjajah Israel. Bahkan di antaranya adalah Al-Quds dimana Masjid Al-Aqsa berada. Walau dalam cengkraman penjajah dan tekanannya agar rakyat Palestina meninggalkan rumah-rumah dan tanah-tanah mereka, tak sedikitpun kaki atau tubuh mereka itu bergeser. Semua tekanan dan diskriminasi itu ditanggung demi menjaga tanah Palestina dan terlebih menjaga Al-Aqsa.
Tak heran bila rakyat Palestina di wilayah-wilayah jajahan Zionis Israel, tak pernah putus asa menjaga Masjid Al-Aqsa dengan sepenuh jiwa dan aliran darah mereka. Meski silih berganti peraturan penjajah mengekang dan mendesak mereka agar tidak datang ke Masjid Al-Aqsa bahkan agar mereka keluar dari kawasan Al-Quds, tapi kening-kening mereka tak pernah surut semangatnya untuk sujud di area Masjid yang dimuliakan ini, kiblat pertama Kaum Muslimin.
Namun sekarang, tepatnya sejak jumat lalu (14/7/2017), tekanan penjajah Zionis mulai memuncak. Shalat Jum’at berikut ibadah-ibadah lainnya yang senantiasa diselenggarakan Kaum Muslimin disana dengan berbagai resiko kekerasan yang mereka hadapai, resmi dilarang oleh pihak zionis. Pelarangan, kemudian penutupan Masjid Al-Aqsa ini adalah kejadian pertama sejak 50 tahun terakhir.
Berbagai kecaman dari banyak pihak mulai muncul. Dari pihak Al-Azhar Asy-Syarif di Mesir, Kuwait, Qatar, Jordania dan lainnya. Walau, respon-respon ini masih sangat tidak seimbang dengan respon yang seharusnya muncul dari pemerintah dan masyarakat arab serta dunia Islam khususnya. Hingga Zionis Israel berjanji membuka kembali Masjid Al-Aqsa, namun pada kenyataannya mereka hanya menambah tindakan-tindakan diskriminatif dan tekanan atas rakyat muslim Palestina untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa.
Dua dari pintu-pintu masuk akses menuju area Masjid Al-Aqsa, saat ini telah dipasangi electric gate, dimana setiap Imam dan seluruh jama’ah yang ingin ibadah di dalamnya diperlakukan layaknya terduga teroris oleh pihak bersenjata penjajah Israel. Padahal kita bersama tahu, merekalah teroris politik & kemanusiaan yang sebenarnya. Perlakuan ini memaksa Kaum Muslimin yang setiap harinya beribadah dan ribath di Masjid Al-Aqsa, sekarang melaksanakan shalat dan aktifitas lainnya di luar pintu, sebagai bentuk protes akan tindakan diskriminatif dan semena-mena penjajah Israel.
Tak menutup kemungkinan, tindakan yang sama akan diberlakukan Israel di setiap Pintu Aqsa bila sekarang tak ada respon penolakan yang berarti.
Sikap Zionis Israel ini sebenarnya adalah sebuah tanda kepanikan, dengan memberikan hukuman kolektif kepada seluruh rakyat jajahan mereka. Pasalnya, beberapa saat sebelum pelaksanaan shalat Jum’at pekan lalu, beberapa pemuda dari kota Umm Al-Fahm, yang berjarak 100 km lebih dari Al-Quds, menyerang pihak keamanan penjajah zionis. Terjadi aksi saling tembak dan menyebabkan tiga pemuda palestina gugur serta menewaskan dua orang polisi Israel.
Tidak mengherankan sebenarnya bila Israel menerapkan hukuman kolektif kepada rakyat Palestina seperti saat ini bahkan berulang-ulang kali, karena itulah hakekat penjajah. Mereka tidak memperhatikan asas-asas kemanusiaan, merenggut hak hidup dan beribadah orang lain tanpa alasan yang benar. Kejadian ini semakin menunjukkan bahwa Israel memang tidak punya hak, mengklaim kekuasaan atas tanah-tanah palestina.
Yang mengherankan sebenarnya adalah ada pada sikap kita kaum muslimin dan negara-negara yang katanya menjunjung kemanusiaan dan menentang diskriminasi, tapi diam tanpa kata atau tindakan, bahkan berita dan keadaan ini mungkin masih tidak disadari oleh sebagian besar kaum Muslimin. Padahal kewajiban ini di depan mata.
Al-Aqsa adalah situs suci umat Islam, kiblat pertama dan Masjid mulia ketiga setelah Haramain. Disana ada pemuda, orang tua dan ibu-ibu dari kaum muslimin yang direnggut kehidupannya hanya karena menjalankan peran menjaga Al-Aqsa dari kekejaman Israel. Disana mereka kehilangan kehormatannya demi menjaga kehormatan Islam. Disana mereka mengalami pelanggaran-pelanggaran kemanusian untuk semua peran itu. Lalu dimana suara dan peran kita?
Kita menyadari ada banyak kewajiban ummat atau individu lainnya di luar sana, tapi mesti ada prioritas dan porsi yang semestinya kita berikan kepada setiap permasalahan ummat dan kemanusiaan, sesuai posisi kita masing-masing.
Menyikapi hal ini, Spirit of Aqsa menyatakan sikap dan seruan kepada berbagai pihak sebagai berikut:
1. Memohon pertolongan Allah SWT agar mengokohkan para penolong agama-Nya, dan menggetarkan hati para penjajah dzalim Zionis Israel
2. Mengecam tindakan diskriminatif dan pelanggaran kebebasan beribadah oleh Penjajah Zionis dengan menutup Masjid Al-Aqsa serta berbagai kegiatan Ibadah di dalamnya.
3. Menyerukan persatuan para pemimpin Islam serta utamanya berbagai jama’ah, dai-dai dan organisasi-organisasi pro palestina Ahlussunnah, untuk bersama-sama segera membantu perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa, baik dengan penyadaran kepedulian ummat maupun aksi-aksi lainnya.
4. Mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera dan tegas menyuarakan protes pelanggaran kebebasan beribadah oleh Penjajah Israel ini.
5. Mengajak kaum muslimin untuk ambil bagian dalam kewajiban membela Masjid Al-Aqsa dengan usaha yang maksimal dan sesuai keadaan masing-masing, baik dari segi edukasi penyadaran maupun hingga jihad harta. []
Jakarta, senin, 23 Syawwal 1438 H / 17 Juli 2017 M