MESIR– Universitas Al-Azhar telah menyangkal laporan-laporan mengenai penahanan pelajar Uighur yang sedang belajar di Mesir.
Dalam sebuah pernyataan, universitas mengatakan tidak ada satupun pelajar Uighur yang ditahan di kampus atau di sekolah manapun yang berafiliasi dengan Al-Azhar.
Laporan media mengatakan bahwa sejumlah pelajar Uighur yang terdaftar di universitas itu telah ditahan atas permintaan pemerintah China.
“Laporan-laporan yang dibesar-besarkan oleh beberapa situs dan chanel [mengenai penahanan pelajar] tidak akurat,” universitas itu mengatakan.
Selain itu, universitas juga hal itu merupakan hak otoritas Mesir “untuk memastikan validitas mereka yang tinggal di wilayah Mesir dan bahwa mereka tidak merupakan ancaman bagi keamanan nasional”.
Otoritas Mesir tidak berkomentar mengenai laporan penahanan tersebut.
Organisasi HAM El-Shehab, sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) di Kairo, memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 300 pelajar Uighur yang terdaftar di Universitas Al-Azhar.
Pada September lalu, Mesir dan China menyetujui perjanjian kerjasama di sejumlah bidang yang berbeda, termasuk keamanan, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementrian Luar Negeri Mesir.
Rakyat Uighur di wilayah Turkestan Timur (dikenal juga sebagai wilayah otonomi Uighur Xinjiang di China) merupakan etnis minoritas Turki Muslim.
Organisasi HAM, aktivis dan pengamat telah mengatakan bahwa etnis Uighur telah menjadi korban penindasan agama, budaya dan bahasa, yang membuat mereka meninggalkan China dan yang hal itu membuat mereka menginginkan sebuah negara terpisah.[]