SEBELUM keislamannya, Abu Bakar dikenal sebagai manusia yang memiliki akhlak terpuji. Ia sama sekali tidak larut sebagaimana kebiasaan dan tradisi jahiliyah ketika itu, menyembah berhala maupun kebiasaan meminum khamr. Abu Bakar sungguh jauh berbeda daripada kebanyakan orang-orang Arab di masa itu yang tenggelam dalam kebodohan.
Dalam suatu riwayat disebutkan, ‘Aisyah berkata, “Abu Bakar telah mengharamkan khamr sejak masa jahiliyah.”
BACA JUGA: Abu Bakar Bebaskan Budak Miliki Umar
Abu Bakar juga pernah memberikan keterangan langsung perihal alasannya tidak meminum khamr, “Aku adalah orang yang menjaga kehormatan dan menjaga muru’ah. Siapa yang meminum khamr maka dia telah melalaikan kehormatan.”
‘Aisyah menuturkan bahwa ada suatu kejadian pada masa jahiliyah yang membuat Abu Bakar mengharamkan khamr bagi dirinya, yaitu ketika Abu Bakar melihat seseorang yang sedang mempermalukan dirinya sendiri karena mabuk setelah meminum khamr.
BACA JUGA: Kepercayaan Abu Bakar terhadap Seorang Pemuda
‘Aisyah berkata, “Abu Bakar telah mengaharamkan khamr atas dirinya. Ia tidak pernah meminum minuman haram tersebut setetes pun selama hidupnya, pada masa jahiliyah maupun setelah ia menjadi muslim. Itu dikarenakan pada suatu hari di masa jahiliyah, ia melewati seseorang dari kaumnya yang mabuk setelah meminum khamr, kemudian orang tersebut meletakkan tangannya di atas kotoran lalu mendekatkan kotoran itu ke mulutnya. Ketika tercium busuk, orang itu menjauhkannya. Saat itulah Abu Bakar mengharamkan khamr atas dirinya. []
Sumber: DR. Ahmad Hatta MA., dkk. Januari 2015. The Golden Story of Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jakarta Timur: Maghfirah Pustaka.