SESUNGGUHNYA sangat sedikit ayah yang mencintai anak-anaknya sebagaimana Umar mencintai anak-anaknya. Sangat sedikit orang yang mencintai saudaranya sebagaimana Umar mencintai saudaranya Zaid. Setiap kali dia mendengar namanya setelah kematiannya, dia menangis dan rnengeluarkan air mata.
Setiap angin yang berhembus dia beranggapan sepertinya angin itu menyusun serangkaian syair untuk meratapinya.
BACA JUGA: Alasan Mengapa Abu Bakar Dijuluki Al-Atiq
Bahkan dalam pergaulan, sedikit sekali seorang yang begitu setia terhadap teman sepergaulannya, sebagaimana setianya Umar terhadap teman sepergaulannya.
Dialah yang mengatakan, “Bertemu dapat menghilangkan kegundahan.”
Dia pula yang berkata, “Bila seseorang di antara kamu memperoleh simpati dan rasa sayang dari saudaranya, maka hendaklah rasa itu dipelihara sebaik-baiknya. Sebab jarang dia menumakan yang demikian.” Hal itu disebabkan keinginan yang begitu keras untuk menjaga persahabatan.
Pernah terjadi suatu waktu Umar Bin Khattab mengadu kepada Rasulullah akan sahabatnya, Abu Bakar As-Shiddiq yang mengganggu pikirannya.
Umar berkata, “Wahai Rasulullah, ijinkan aku mengungkapkan keresahan hatiku akan apa yang telah Abu Bakar lakukan terhadap diriku.”
Dengan lembut Rasulullah menjawab, “Damaikan hatimu sahabatku, lalu teruskan maksud hatimu”
Setelah tenang, Umar kembali berkata, “Suatu waktu, Abu Bakar bertemu denganku, akan tetapi dia tidak langsung memberi salam kepadaku, dia menunggu aku yg terlebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Aku tidak tahu apa salahku padanya.”
Rasulullah SAW tidak ingin masalah ini mengganggu persahabatan di antara Umar dan Abu Bakar yang juga sahabatn yang sangat dicintainya ini. Maka Rasulullah pun meminta Abu Bakar dihadapkan bersama agar dapat menjelaskan perihal yang sebenarnya.
BACA JUGA: Abu Bakar Berharap Jabatan Tak Mengubah Akhlaknya yang Dulu
Dan ketika Abu bakar hadir ditempat, maka Rasulullah pun bertanya kepada dirinya akan prasangka kerenggangannya dengan Umar.
Maka Abu bakar pun menjawab dengan jawaban santun penuh kasih sayang yang membuat tangis seisi ruangan, “Wahai Rasulullah, aku pernah mendengar Engkau bersabda, ‘Bahwasanya orang yg lebih dahulu mengucapkan salam kepada saudaranya, maka Allah akan membangunkan untuknya satu istana di dalam syurga.’ Maka aku ingin istana tersebut menjadi miliknya Umar Bin Khattab sahabatku tercinta.”
Maka Umar pun menangis mendengar jawabannya dan memeluk erat sahabat mulianya itu. []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002