MANUSIA terkadang malas berdoa kepada Allah. Mengapa begitu? Setidaknya ada dua alasan manusia malas berdoa. Demikian pendapat Sheikh Abdul Qadir Jailani.
Manusia yang malas berdoa disebut-sebut sebagai manusia yang paling lemah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Manusia paling lemah adalah mereka yang paling malas berdoa (kepada Allah). Dan manusia paling pelit adalah manusia yang pelit memberi salam.” (HR. Thabrani, Ibnu Hibban)
Menurut Sheikh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Futuhul Ghaib, seseorang malas berdoa karena terkait kepada 2 hal. Berikut dua alasan manusia malas berdoa:
Dalam hal ini seseorang biasanya berkata, “Sesungguhnya aku telah meminta kepada Allah, namun Dia tidak memperkenankan permintaanku, maka sekarang aku tidak mau lagi memohon kepadaNya.”
Jika suatu perkara yang diminta Allah dipenuhi memang akan memperkokoh keimanan dan keyakinan seseorang kepada Allah termasuk kesadaran akan keesaan Allah. Hal ini akan melatih seseorang untuk terus memohon hanya kepada Allah bukan selain Dia.
Namun sebaliknya sering terjadi, doanya tidaklah dikabulkan, walau sangat keras ikhtiarnya untuk terus berdoa dan meminta kepada Allah. Dipihak lain orang yang jarang berdo’a atau biasa-biasa saja malah sering terlihat oleh dirinya malah mendapat karunia Allah terpenuhi permintaannya.
Janganlah begitu, tetaplah berdoa. Jika perkara tidak diperuntukkan kepadamu, jika diri tetap miskin, maka Allah akan mengaruniakan rasa cukup, rasa gembira walaupun dalam keadaan miskin.
Contoh lainnya, Jika berhutang, Allah akan berupaya melunakkan hati pemberi hutang, karena sesungguhnya Dialah pemilik hati. Dengan begitu pemberi hutang tidak mendesak dan menekan, malah memberikan keringanan atau bahkan menghapuskan hutangnya.
Yakinlah bahwa Allah tidak menyia-nyiakan doa seseorang. Seseorang pasti mendapatkan apa yang menjadi permintaannya, jika tidak didunia, maka diakhirat kelak seseorang akan mendapatkannya.
BACA JUGA:
Nabi bersabda bahwa di hari perhitungan kelak, orang beriman akan melihat didalam catatan perbuatannya beberapa perbuatan baik yang tidak dilaksanakan dan ia sendiri tidak menyadarinya. Ia akan ditanya: “Kenalkah kamu dengan perbuatan itu?” Dijawab, “Aku tidak tau darimana datangnya ini?” Maka dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya ini adalah kebiasaan doamu yang kamu lakukan didunia dulu, dan dengan kamu berdoa, kamu selalu ingat kepadaNya, mengakui keesaanNya.”
Begitulah bahwa Allah akan meletakkan sesuatu kepada tempat semestinya, dan memberi seseorang atas apa yang pantas diberikan kepadanya. Tidaklah sia-sia amalan walau sebiji zarah itu dilakukan pasti ada balasannya.
Dengan berdoa, seseorang akan berupaya dari dalam dirinya sendiri untuk membuang kebanggaan dan kesombongan diri. Dan itu adalah perbuatan baik dan memiliki balasan di sisi Allah yang maha Gagah lagi maha Agung. []
Referensi: Futuh Al-ghaib/Karya: ʻAbd al-Qādir al-Jīlānī/Penerbit: Kitab Bhavan/Tahun: 1986