JAKARTA— Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Taufan Putra Revolusi Korompot menyatakan, musuh mahasiswa bukanlah aparat penegak hukum utamanya kepolisian.
Melainkan, musuh mereka adalah kesenjangan, ketidakadilan, ketimpangan pembangunan, korupsi, dan sebagainya.
“Kesenjangan, ketidakadilan, ketimpangan pembangunan, korupsi, dan sebagainya itu yang selalu kami kawal dalam gerakan kritis mahasiwa,” ujarnya dalam konferensi pers Aliansi Mahasiswa dan Pemuda untuk Keadilan yang menyoroti tindakan represif aparat keterhadap aksi-aksi mahasiswa di Jakarta, baru-baru ini.
Menurut Taufan, kritik yang disampaikan elemen mahasiswa justru mendukung tugas kepolisian untuk membersihkan para birokrat dan pejabat korup yang menghambat pembangunan.
Ia mencontohkan, dimana korupsi BLBI yang mengharuskan negara membayar Rp 60 triliun untuk 20 tahun ke depan. Lalu kasus korupsi e-KTP yang menelan kerugian negara hingga Rp 2,7 triliun. Belum lagi kasus Bank Century dan sebagainya.
“Nah, ini yang kami perjuangkan secara terang-benderang. Karena kerugian negara ini jika digunakan untuk membangun di daerah tertinggal misalnya, akan lebih bagus, bahkan mencegah gerakan separatis,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Taufan mengaku, menyayangkan dan mengecam tindakan represif aparat kepolisian saat menghadapi unjuk rasa dari mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya.
Sebelumnya, kepolisian membubarkan paksa aksi peringatan reformasi yang digelar Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/05/2017) lalu, yang dinilai menyisakan ironi penegakan hukum.
Sepuluh orang dari mahasiswa menjadi korban represifitas aparat dan mengalami luka berupa memar hingga jahitan.
Aliansi Mahasiswa dan Pemuda untuk Keadilan juga terdiri dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Pelajar Islam Indonesia (GPII), Pemuda Muslimin, HIMA PERSIS, HIMA PUI, HIMMAH Al-Wasliyah, dan Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia.[]
Sumber: Hidayatullah