SUATU ketika, ada seorang dari kalangan musyrikin datang kepada Bilal. Orang itu berkata, “Wahai Bilal, aku bisa memberimu pinjaman. Karena itu pinjam saja padaku, tak usah kamu pinjam kepada orang lain.” Bilal pun menerima tawaran itu dengan senang hati. Sejak saat itu, Bilal pun terkadang meminjam pada orang itu tanpa berpikir panjang apa yang akan terjadi setelah ia meminjam dari orang musyrik tersebut.
Pada suatu hari, Bilal berwudhu lalu bergegas untuk mengumandangkan adzan, sementara orang musyrik itu sedang berdiri di tengah kerumunan pedagang. Ketika melihat Bilal, ia berseru, “Wahai Orang Habsyi!”
Panggilan orang Habsyi itu diperuntukkan untuk Bilal. Karena, Bilal adalah seorang sahabat yang berasal dari Habsyi atau Habasyah.
BACA JUGA: UAS Menangis Kisahkan tentang saat Bilal Gaungkan Adzan
Bilal menjawab, “Ya, ada apa?”
Lalu orang musyrik itu berbicara dengan nada yang agak keras, “Tahukah kamu, berapa jarak antara kamu dan bulan depan?”
Bilal menjawab, “Sudah dekat.”
“Sesungguhnya jarak antara kamu dan bulan depan adalah empat malam lagi. Pada saat itu aku akan menagih uang yang aku pinjamkan kepadamu. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memberikan kamu sesuatu dikarenakan kemuliaanmu atau kemuliaan sahabatmu itu. Kalau kamu tak bisa membayar hutangmu itu, kamu harus menjadi budakku!” Lalu orang itu berlalu.
Bilal kemudian mengumandangkan adzan shalat. Ketika ia pulang shalat agak malam dan Nabi telah kembali ke rumahnya, Bilal meminta izin untuk bertemu beliau. Setelah diizinkan, Bilal bercerita pada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku aku rela jadi penebusnya, sesungguhnya orang musyrik yang telah saya ceritakan kepada engkau, menjadikan saya jaminan dari pinjaman yang diberikannya. Dia berkata begini dan begitu. Sementara engkau dan saya tidak memiliki sesuatu yang dapat membebaskan saya darinya karena dia sangat tidak beradab. Oleh karena itu, izinkan saya mencari beberapa orang Islam untuk mencari pinjaman, sampai Allah menganugerahkan rizki kepada Rasul-Nya untuk menebus saya.”
Keesokan harinya, seseorang sahabat menghampiri Bilal, “Wahai Bilal, kamu dipanggil Rasulullah.”
Bilal lalu bergegas ke rumah Rasulullah saw. Di rumah beliau, Bilal melihat empat ekor unta tunggangan penuh dengan barang bawaannya. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada bilal, “Sesungguhnya Allah telah memberikan segalanya untuk membebaskan kamu.”
Semua tidak ada yang tidak mungkin. Dengan izin Allah swt. Allah berikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Rezeki itu Allah turunkan melalui Rasulullah.
Rasulullah saw. kembali berkata, “Maukah kamu membawa empat unta tersebut?”
Bilal menjawab, “Tentu saja saya bersedia wahai Rasulullah.”
BACA JUGA: Air Mata Cinta Bilal bin Rabah
Beliau berkata lagi, “Kamu berhak atas unta tersebut beserta semua barang bawaannya. Dan perlu kamu ketahui, bahwa barang yang dibawa olehnya adalah pakaian dan makanan. Semuanya saya berikan kepadamu. Sekarang pergilah dan bayarlah hutangmu.”
Lalu Bilal membawa unta tersebut dan membayar hutang-hutangnya kepada orang musyrik yang telah memberi pinjaman kepada Bilal. sampai tidak ada lagi hutangnya yang tersisa. Akhirnya uang di tangannya tersisa dua dinar saja.
Ketika Bilal bergegas ke masjid saat matahari telah condong, Rasulullah tengah duduk sendirian di masjid. Ia lalu mengucap salam dan menghadap beliau. Beliau berkata kepada Bilal sambil tersenyum, “Apa yang telah kamu lakukan?”
Bilal menjawab, “Allah telah melunasi semua hutangku. Sehingga tiada hutang lagi.”
Beliau bertanya lagi, “Adakah yang tersisa?” Bilal menjawab, “Ada wahai Rasulullah, yaitu dua dinar.” []
Sumber: Sirah Nabawiyah/Kisah Hidup Rasulullah