RASULULLAH shalallu ‘alaihi dan para sahabat berangkat menuju Mekah untuk menjalankan umrah qadha. Setelah selesai menjalankan ibadah umrah, Rasulullah dan para sahabat pulang ke Madinah. Di tengah perjalanan, Ja’far bin Abu Thalib mendengar saudara-saudaranya banyak yang ikut serta berperang bersama Nabi dalam perang Badar, Uhud. dan perang lainnya. ini membuat Ja’far rindu ingin berjihad di jalan Allah dan meraih mati syahid.
Tak lama menanti keinginannya untuk meraih syahid. Rasulullah mengutus pasukan ke Mu’tah pada bulan Jumadil Ula pada tahun 8 Hijriyah dan menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan. Beliau berpesan, “Jika Zaid gugur, maka Ja’far bin Abu Thalib yang menggantikan posisinya untuk memimpin pasukan. Jika Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawahah yang menggantikan posisinya untuk memimpin pasukan.”
BACA JUGA: Merah Putih adalah Bendera Rasulullah SAW
Setelah mendapatkan perintah. Pasukan bergerak ke Balqa, Syam, hingga tiba di Ma’an. Mereka mendengar bahwa Heraklius sudah berada di Ma’ab, di kawasan Balqa bersama 100.000 prajurit Romawi dan 100.000 orang-orang Arab.
Berbeda dengan kaum muslimin, kaum muslimin hanya membawa pasukan yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pasukan Romawi. Pasukan muslimin terdiri dari 3 ribu prajurit pemberani yang hafal Al-Qur’an untuk berhadapan dengan para penyembah salib.
Kedua kubu pun bertemu dan perang tak terelakkan lagi. Zaid bi Haritsah berperang dengan membawa panji Rasulullah hingga Zaid gugur terkena tombak musuh. Panji perang kemudian diraih Ja’far.
Ja’far menyerang dengan mengendarai kuda pirang miliknya. Lalu menyerang musuh hingga tewas.
BACA JUGA: Inilah Keunggulan Para Sahabat Nabi
Ibnu Hisyam menuturkan, “Ahlul ilmi terpercaya bercerita kepadaku, Ja’far meraih panji perang dengan tangan kanan lalu ditebas musuh hingga putus. Ia kembali meraih panji itu dengan tangan kiri lalu ditebas musuh hingga putus. Ja’far merangkul panji dengan kedua lengannya hingga gugur dalam usia 33 tahun. Sebagai gantinya, Allah memberikan dua sayap untuk Ja’far. Dengan sayap itu, ia terbang di surga kemana pun yang ia mau.
Riwayat lain menyebutkan, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia menuturkan, “Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan perang Mu’tah. Rasulullah menginstruksikan. ‘Jika Zaid gugur, maka posisinya diganti oleh Ja’far. Jika jafar gugur. maka posisinya diganti oleh Abdullah bin Rawahah.’Abdullah menuturkan, ‘Aku turut serta dalam peperangan ini. Kami saat itu mencari-cari Ja’far bin Abu Thalib. Lalu kami temukan sudah tidak bernyawa bersama korban lainnya. Kami melihat ada sekitar 90 sekian tusukan dan lesakan panah di tubuhnya.” []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/ penulis: Syaikh Mahmud al-Mishri/ penerbit: Ummul Qura/ Agustus 2016