Fakhrurrazi, ia berkata,”Aku telah mendalami alur pemikiran para ahli kalam dan metode para ahli filsafat. Tetapi aku tidak melihatnya mampu mengobati penyakit, tidak pula menghilangkan dahaga. Dan untuk hal yang sama, aku melihat bahwa jalan yang paling dekat adalah jalan Al-Qur’an. Sebagaimana dalam firman-Nya tentang penetapan,
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amalyang shalih dinaikkan-Nya,” (QS Faathir: 10).
Dan aku membaca tentang penafian dalam firman-Nya,
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia,” (QS Asy-Syura: 11).
“Sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya,” (QS Thaha: 110).
Dan siapa yang mencoba seperti pengalaman yang kualami, niscaya dia akan mengetahui sebagaimana apa yang kuketahui.”
BACA JUGA: 14 Abad Lalu, Alquran telah Ungkap Fakta Mengagumkan Tanah
Inilah bait syairnya dan kata-kata terakhir yang ia tuliskan dalam bukunya, padahal Fakhrurrazi adalah orang yang secara umum paling terdepan dalam penguasaan ilmu kalam dan filsafat di zamannya.
Kata-kata yang senada juga dilontarkan oleh banyak ahli filsafat lainnya. Di antaranya, seperti dikatakan oleh sebagian orang yang mengerti tentang ucapan-ucapan para ahli filsafat dan kalam, “Akhir dari perkara orang-orang ahli kalam adalah keraguan dan akhir dari perkara orang-orang ahli tasawuf adalah ketidakjelasan.”
Sedangkan Al-Qur’an menghantarkanmu pada keyakinan jiwa dalam berbagai pencarian tersebut, dan itulah pencarian tertinggi dari segenap hamba. Karena itu, ia diturunkan oleh Dzat yang berbicara dengannya, lalu ia dijadikannya sebagai obat apa yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Dikatakan oleh sebagian orang yang mengerti tentang ucapan-ucapan para ahli filsafat dan kalam, “Akhir dari perkara orang-orang ahli kalam adalah keraguan dan akhir dari perkara orang-orang ahli tasawuf adalah ketidakjelasan.”
Sedangkan Al-Qur’an menghantarkanmu pada keyakinan jiwa dalam berbagai pencarian tersebut, dan itulah pencarian tertinggi dari segenap hamba. Karena itu, ia diturunkan oleh Dzat yang berbicara dengannya, lalu ia dijadikannya sebagai obat apa yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Adapun pengobatannya terhadap penyakit syahwat, maka ia adalah hikmah dan pelajaran yang baik di dalam Al-Qur’an yang berupa tarhib dan targhib (pemberi kabar gembira dan ancaman), zuhud (berpaling dari kenikmatan dan glamour) dunia dan kecintaan terhadap akhirat, perumpamaan dan kisah-kisah yang di dalamnya mengandung berbagai macam pelajaran.
BACA JUGA: Rahasia Kematian Manusia dalam Alquran (1)
Sehingga hati yang bersih menjadi senang jika melihat apa yang bermanfaat bagi dirinya, baik di dunia maupun di akhirat dan benci terhadap apa yang membahayakannya. Dari sini, hati kemudian cinta kepada petunjuk dan benci kepada kesesatan.
Maka, Al-Qur’an adalah yahg menghilangkan berbagai penyakit yang mengantarkan pada keinginan yang rusak, sehingga ia memperbaiki hati tersebut, lalu menjadi baiklah keinginannya dan ia kembali kepada fitrahnya sebagaimana sediakala, dan berbagai usaha dan kerjanya pun menjadi baik.
Seperti kembalinya badan pada kesehatan dan kenormalannya, maka ia akhirnya tidak menerima kecuali kebenaran, sebagaimana seorang bayi yang tidak menerima kecuali air susu.
Maka hati senantiasa memakan santapan iman dan Al-Qur’an yang membersihkan dan menguatkannya, meneguhkan dan menggembira-kannya, menyenangkan dan menggiatkannya, serta mengokohkan kekuasaannya, sebagaimana tubuh yang senantiasa menyantap makanan yang membuatnya tumbuh berkembang dan kuat.
Masing-masing baik hati maupun badan membutuhkan pertumbuhan, sehingga terus berkembang dan bertambah, sehingga ia menjadi sempurna dan baik.
Maka sebagaimana badan membutuhkan untuk tumbuh dengan makanan yang memperbaiki dan menjaganya dari bahaya, yang ia tidak akan tumbuh kecuali dengan pemberian makanan yang bermanfaat dan pencegahan terhadap apa yang membahayakannya.
Demikian pula halnya dengan hati, ia tidak akan tumbuh berkembang, juga tidak akan sempurna kebaikannya kecuali dengan yang demikian. Dan tidak ada jalan lain untuk sampai ke sana (tujuan dan kesempurnaan) kecuali dari Al-Quran.
BACA JUGA: Rahasia Kematian Manusia dalam Alquran (2-Habis)
Jika sampai pada sebagiannya dengan selain Al-Qur’an, maka ia hanyalah sebagian kecilnya saja, ia tidak akan sampai pada maksudnya yang sempurna.
Demikian pula dengan tanaman, ia tidak akan sempurna kecuali dengan dua hal ini (tumbuh dan berkembang), sehingga dikatakan ta-naman itu tumbuh dan sempurna.
Dan ketika hidup dan kenikmatannya tidak sempurna kecuali dengan zakat dan kebersihannya. Maka disitulah datang keragu-ragu.
Tatkala banyak penyakit yang menyerang hati ini, bertubi-tubi. Terus-menurus. Tak ada kata lelah yang tersirat. Maka kemalikanlah kepada Al-Quran dan as-Sunnah. Wallahu ‘Alam. []
Referensi: E-book Manajenen Qalbu/Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah/Darul Falah/2005