Oleh: Aisyah
Mahasiswi STEI SEBI 2017
MENJADI penghuni surga adalah cita-cita tertinggi bagi setiap insan di dunia. Dengan kenikmatan-kenikmatan yang disuguhkan, tak ayal kaum muslimin berlomba-lomba dalam kebaikan demi menduduki tempat yang abadi itu. Karena surga Allah hanya diperuntukan bagi mereka yang Ia kehendaki.
Dikisahkan, ketika para sahabat tengah duduk-duduk bersama Rosulullah SAW, tiba-tiba beliau berujar bahwa sebentar lagi akan lewat lelaki penghuni surga. Betapa terkejutnya para sahabat. Mereka sibuk mengira-ngira, siapakah calon penduduk surga itu? Sungguh, julukan yang menggetarkan. Para sahabatpun tercengang karenanya.
Tak lama kemudian lewatlah lelaki dari kaum Anshar yang tak dikenal, tampak sedang membersihkan janggutnya dari basah air wudhu. Tangan kirinya menenteng alas kakinya. Tak ada satupun dari sahabat yang mengenal siapa lelaki asing ini. Apakah dia lelaki itu?
Mereka hanya bisa menebak-nebak. Waktupun berlalu bersama pertanyaan tak terjawab itu. Esoknya, Nabi kembali mengejutkan semua orang karena pernyataannya, “Bahwa sebentar lagi akan lewat lelaki penghuni surga”. Lalu datanglah lelaki kemarin dengan tampilan dan posisi yang sama seperti hari sebelumnya, membersihkan janggut dan tangan kirinya menenteng sandal. Begitupun pada hari ketiga.
Sahabat Rosul, Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash begitu penasaran dengan lelaki itu. Ia pun menyusun rencana untuk mencari tahu, amalan apa yang sebenarnya lelaki itu lakukan hingga ia dikabarkan menjadi penghuni surga oleh Rosulullah SAW.
Abdullah bin ‘Amru kemudian mengikuti lelaki itu dan bertamulah ia di rumahnya. Ia katakan saja bahwa ia sedang ada masalah dengan ayahandanya, dan iapun berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Oleh karena itu ia terpaksa mencari tumpangan menginap.
“Jika diizinkan, aku hendak menginap tiga hari di rumah Anda,” kata Abdulla bin ‘Amru kepada lelaki itu.
“Silakan,” ternyata lelaki itu tidak keberatan.
Sejak saat itu, sibuklah Abdullah melakukan pengawasan. Ia terjaga di malam hari, mungkin lelaki itu sedang khusyuk sholat tahajud. Ia mengendap-endap sampai tak tidur. Tapi siapa sangka, rupanya lelaki itu tidur saja sepanjang malam. Aneh.
Masih dalam penasarannya, Abdullah berharap ada sesuatu yang ia dapatkan di dua malam berikutnya. Tapi tak ada. Sampai akhirnya di hari ketiga, saat ia sudah nyaris menganggap remeh amalan lelaki itu, ia berterus terang.
“Saudaraku,” katanya, “Sungguh aku tak ada masalah apa pun dengan ayahku, hanya saja aku mendengar Rosulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, yang artinya ‘Sebentar lagi akan lewat lelaki penghuni surga’. Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.”
“Aku hanya penasaran amal apa gerangan yang membuatmu disebut Rosul sebagai lelaki penghuni surga?”
Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, “Demi Allah, tak ada amalku selain yang kau saksikan”.
Abdullah sudah beranjak hendak pulang dengan kekecewaannya, namun tiba-tiba lelaki itu berkata, “Mungkin ini”, ujarnya, “Aku tak pernah memiliki rasa benci kepada sesama muslim dan aku tak pernah dengki dengan sesuatu yang Allah berikan kepada seseorang”.
Abdullah bin ‘Amru lantas berbinar dan terkesima, ternyata itulah yang membuat lelaki itu mencapai derajat calon penghuni surga, sebuah amalan yang sulit kami tiru.
Jadi, syarat menjadi penghuni surga salah satunya adalah dengan menghindari sifat dengki. Sifat dimana seseorang membenci kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.
Karena sifat dengki juga menunjukkan minimnya rasa syukur kita kepada Allah SWT. Rosulullah SAW pernah bersabda, yang artinya, ’Hindarilah dengki karena dengki itu memakan (menghancurkan) kebaikan, sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar”. (HR. Abu Dawud). Semoga kita termasuk dalam calon penghuni surga-Nya. Wallahua’lam bishowab. []
Sumber: M. As’ad Mahmud, Lc., “Wajib Untuk Dibaca” (2015)