ILMU merupakan suatu hal yang perlu kita miliki. Berbagai macam ilmu mestilah kita kuasai. Dengan ilmu kita dapat mengetahui segala sesuatu yang memang belum diketahui sebelumnya. Tahukah Anda, bahwa ternyata dengan memiliki ilmu juga, amal akan terjaga.
Berasal dari ilmu maka kita akan terbawa pada sebuah keyakinan. Dari keyakinan itulah, akan mengunggah hati kita untuk beramal. Jika telah kita lakukan amal itu, maka kita akan memperoleh sebuah keburuntungan.
Keyakinan itu terdiri dari tiga macam, yakni ilmul yaqin, ainul yaqin dan haqqul yaqin. Ilmul yaqin adalah keyakinan berdasarkan pada ilmu. Luqman ketika ia mengajarkan hikmah kepada dirinya, kepada keluarganya, kepada jamaahnya, bahwa sedekah bisa begini dan bisa begitu. Lalu ia dan di antara yang diseur, bersedekah. Dari ilmunya ia terdorong kuat untuk beramal. Dari ilmul yaqin tersebut, kemudian ada satu dua yang merasakan manfaat sedekah. Inilah kiranya yang disebut ainul yaqin, keyakinan berdasarkan mata, berdasarkan pengalaman. Dan ada satu lagi yang namanya haqqul yaqin.
BACA JUGA: Benarkah Islam Pisahkan Ilmu Pengetahuan dan Agama?
Melihat penjelasan tersebut, nampaknya kehadiran ilmu, salah satu kepentingannya adalah supaya mendorong lahirnya amal. Malah, dengan adanya ilmu, maka amal it uterus terpelihara.
Ada sebuah kisah tentang seorang direksi sebuah perusahaan. Darinya kita bisa belajar bahwa dengan mengetahui fadhilah sesuatu, ia akan mendorong kita bukan saja untuk melakukannya, tapi juga untuk memeliharanya.
Suatu ketika dia merasa jenuh bekerja di dunia perhotelan, jauh sebelum dia menjadi seorang direktur. Dia memutuskan keputusan yang menurut orang gegabah, yaitu berhenti sebelum punya pekerjaan lain. Ternyata orang-orang di sekelilingya, benar. Hingga sekian lama ia tidak kunjung memiliki pekerjaan.
Sampai suatu saat ia mendengar bahwa shalat dhuha 4 rakaat bisa membuka pintu rezeki. Bangunlah dia menegakkan shalat dhuha ini, 4 rakaat, terdiri dari dua rakaat-dua rakaat. Ajaib! Tidak berapa lama pekerjaan dia dapatkan. Tapi apa yang terjadi? Ilmunya tentang shalat dhuha, pengetahuannya tentang shalat dhuha, tidak mampu mengistiqamahkan shalat dhuha ini. Ia berhenti shalat dhuha, dan berhenti pula ia dari pekerjaannya setelah ia menghentikan dhuhanya itu.
Dia kemudian shalat dhuha lagi, 4 rakaat, dua-dua rakaat, atau dua salam. Kejadian berulang, ia mendapat pekerjaan lain. Tapi, lagi-lagi shalat dhuhanya berhenti. Anehnya, berhenti pula pekerjannya. Kejadian ini berulang berapa kali hingga Allah memberikan hidayah buatnya untuk tetap menjaga shalat dhuhanya.
BACA JUGA: 5 Hal Pokok Ini Meliputi Semua Ilmu
Dalam satu kesempatan audiensi, direktur ini mengakui bahwa suatu saat ia berpikir, “Jangan-jangan benar, bahwa wasilah shalat dhuhanya, pintu rezeki berupa pekerjaan terbuka untuk saya. Dan ketika shalat dhuha ini saya tinggalkan, tertutup lagi pintu rezeki yang terbuka itu.”
Dari Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakataan di awal siang (dhuha), maka akan Aku cukupkan bagimu siangmu,” (Hadits qudsi diriwayatkan oleh at-Tirmidzi).
Dari cerita tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa pengetahuan akan fadhilah amal juga menjaga amal itu sendiri. Wallahu ‘alam. []
Sumber: The Miracle of Giving Keajaiban Sedekah/Karya: Ust. Yusuf Mansur/Penerbit: Zikrul Hakim