KEMATIAN akan datang kepada kita pada saat yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Dan sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang mengetahui kapan akan datang kematian itu padanya dan orang lain di sekitarnya. Namun, meskipun demikian, haruslah kita selalu mengingat kematian dan jangan terlalu larut dalam buaian dunia.
Waktu yang kita miliki saat ini hendaknya kita gunakan untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan kita yang kekal setelah kematian. Sebabnya, agar kita tidak menyesal di akhirat kelak. Karena Allah SWT dalam Al-Quran sering menyinggung mengenai manusia yang menyesal dan berharap bisa hidup kembali untuk memperbaiki akhlaknya dan ingin beramal shalih.
Agar kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang menyesal itu, hendaknya kita melakukan amalan-amalan yang akan menolong kita di kemudian hari yang tidak akan terputus walau setelah kematian datang.
BACA JUGA: Amalan yang Menambah Kebaikan
Berikut akan disampaikan beberapa amalan yang tidak terputus setelah meninggal dunia. Di dalam As-Shahih diriwayatkan dari Abu Huraiarah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila seorang anaka Adam meninggal, maka akan terputus amalnya kecuali tiga perkara; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh,” (HR. Muslim).
a. Shadaqah jariyah
Para ulama telah menfsirkannya dengan waqaf untuk kebaikan. Seperti mewaqafkan tanah, masjid, madrasah, rumah hunian, kebun kurma, mushaf, kitab yang berguna, sumber-sumber air minum berupa sumur, bak, dan kran-kran minum dengan pendingin, dan lain sebagainya.
Di sini, merupakan dalil disyariatkan mewaqafkan barang yang bermanfaat dan perintah untuk melakukannya, bahkan itu termasuk amalan yang paling mulia yang bisa dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di akhirat. Yang pertama ini bisa dilakukan oleh para ulama maupun orang awam.
b. Ilmu yang bermanfaat
Amalan ini bisa dilakukan dengan cara seseorang mengajarkan ilmu kepada manusia perkara-perkara agama mereka. Ini khusus bagi para ulama yang menyebarkan ilmu dengan cara mengajar, mengarang dan menuliskannya.
Orang yang awam juga bisa melakukannya dengan cara ikut serta di dalamnya berupa mencetak kitab-kitab yang bermanfaat atau membelinya lalu menyebarkannya atau mewakafkannya. Juga membeli mushaf lalu membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan atau meletakkannya di masjid-masjid.
Hal ini menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu dan mengerjakannya, menyiarkannya dan menyebarluaskan kitab-kitab agar bisa mengambil manfaat sebelum dan sesudah kematian dia. Manfaat ilmu akan tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada seorang muslim yang sampai kepadanya ilmu tersebut.
BACA JUGA: Ini 7 Tanda Kematian?
Beberapa banyak ulama yang meninggal semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi ilmunya masih ada dan dimanfaatkan melalui kitab-kitab yang telah dikarangnya lalu dipakai dari generasi ke genarasi sesudahnya dengan perantara para muridnya kemudian para pencari ilmu setelah mereka.
Dan setiap kali muslimin menyebutkan nama dia, mereka selalu mendoakan kebaikan dan mendoakan agar Allah SWT merahmati dia. Ini adalah fadilah dari Allah SWT yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Berapa banyak generasi yang diselamatkan Allah SWT dari kesesatan dengan jasa orang alim, maka alim itu mendapatkan seperti pahala orang yang mengikutinya sampai hari kiamat. []
Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Penerbit: Cable Book/2012